Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mafia Berkeley: Siapa Saja dan "Sejahat" Apakah Mereka?

29 September 2021   05:16 Diperbarui: 29 September 2021   05:24 7293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengambil alih kekuasaan dari Soekarno pada 1967, bukan hanya masalah politik semata. Kondisi ekonomi juga memberikan tantangan besar bagi Soeharto.

Hiperinflasi mencapai 650% menyebabkan harga bahan pokok meroket. Tersebabnya uang yang dicetak hanya untuk membayar utang, mendanai proyek mercusuar, hingga konfrontasi dengan Malaysia. 

Langkah pertama yang dilakukan Soeharto adalah mengubah kiblat ekonomi. Dari blok timur menjadi pro-barat. Tim ahli bidang ekonomi terdiri dari putra-putra terbaik bangsa.

Wolfgang Arndt dalam The Indonesian Economy (1984) mengatakan bahwa ada tiga strategi utama dalam perbaikan ekonomi Soeharto, yakni; Stabilisasi, Rehabilitasi, dan Pembangunan.

Ketiga strategi ini kemudian dilakukan dalam beberapa tahapan, hingga Indonesia mampu keluar dari problema ekonomi, bahkan mencapai masa keemasannya.

Gelar "Keajaiban Ekonomi" dari Indonesia pun dengan segera diraih. Soeharto kemudian mendapat gelar sebagai "Bapak Pembangunan."

Seiring dengan kebarhasilan tersebut, muncullah istilah yang merujuk kepada arsitek ekonomi Soeharto. Julukannya tidak terlalu nyaman terdengar; "Mafia Berkeley."

Padahal jika dilihat, strategi besar yang dilaksanakan tidak ada relevansinya dengan kata "mafia." Berkeley pun sebenarnya diambil dari nama University of California, Berkeley. Tempat di mana 4 dari 6 orang tim ekonom tersebut menuntut ilmu.

Mereka adalah;

Widjojo Nitisastro, sebagai pimpinan tim. Kemudian ada Ali Wardhana, Emil Salim, dan Mohammad Sadli. Keempat orang inilah yang pernah mengenyam Pendidikan di Berkeley melalui beasiswa Ford Foundation.

Dua orang lainnya adalah JB. Sumarlin dan Subroto. Keenam orang ini adalah murid langsung dari pendiri FE UI, bengawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo.

Dalam sejarah bangsa setelah reformasi, warisan Mafia Berkeley masih sering terdengar. Pada tim ekonomi era SBY, disebutkan bahwa Boediono adalah antek Mafia Berkely. Ekonom senior, Kwik Kian Gie juga tidak kalah garang. Ia menuduh jika kabinet ekonomi Jokowi yang ditukangi Sri Mulyani juga adalah bagian dari "sindikat."

Mafia Berkeley  

Istilah ini tidak muncul tiba-tiba. Pertama kali digunakan dalam artikel karya David Ramson pada majalah Ramparts (1970) yang berjudul; "The Berkeley Mafia and the Indonesian Massacre."

Artikel tersebut memang mendiskreditkan Indonesia. Termasuk penjenamaan Mafia Berkeley. Tuduhan Ramson merujuk kepada dua hal; 1) Bahwa tim ekonom adalah antek Amerika, dan 2) mereka bertugas untuk memperkaya pejabat dalam waktu singkat.

Kelak deskripsi Ramson inilah yang menjadi subyek cibiran bagi para pencetus istilah "Mafia Berkeley." Namun, sejarah harus dicermati dengan lebih teliti.

Mantan Wapres Boediono termasuk salah satu yang tidak sependapat dengan penjenamaan Ramson. Menurutnya, Ramson tidak tinggal di Indonesia pada zaman itu dan tidak memahami dampak sistem ekonomi terpimpin Soekarno dulu.

Dengan apa yang dilakukan oleh "Mafia Berkeley," akibatnya Indonesia menikmati rata-rata tujuh persen per tahun selama era orde baru.

Keajaiban Ekonomi 

Hiperinflasi turun dari 650% menjadi 36% pada akhir tahun 1969. Hanya tiga tahun setelah Soeharto berkuasa. Utang luar negeri dapat direstrukturisasi, penamanam modal asing tumbuh subur, industri ekspor mulai naik daun, jutaan lapangan kerja tersedia, produksi pertanian pun naik.

Tuduhan Ramson juga tidak benar. Nyatanya tim ekonom ini berstatus independen. Soeharto telah mempercayai tim ini untuk membentuk blue print ekonomi Indonesia, sekaligus menelurkan kebijakan-kebijakannya.

Hasilnya, selama periode 1966-1969 negara tidak saja terselamatkan dari isu finansial, namun juga menumbuhkan pertumbuhan ekonomi melalui manufaktur dan agrikultur selama beberapa dasawarsa ke depan.

Nasionalisme Ekonomi

Salah satu  hasil pemikiran Mafia Berkeley adalah terciptanya sistem Ekonomi Pancasila (1966). Sistem ini menjamin kesetaraan stabilitas ekonomi bagi segala pihak. Bukan hanya pihak pelaku usaha, namun juga bagi pekerja dari segala lapisan masyarakat.

Semuanya berjalan lancar, hingga muncul-lah jargon Nasionalisme Ekonomi. Istilah ini disinggung oleh Goenawan Muhammad yang mengkritik praktik kong-kalikong dalam tubuh Pertamina yang dipimpin oleh Ibnu Soetowo pada periode 1970an.

Kasus Pertamina ini sendiri hanyalah sebuah contoh dengan kondisi bangsa yang terjadi pada awal 1970an. Kala itu, Soeharto telah terpilih menjadi presiden untuk kali kedua.

Pada periode ini, banyak perubahan terjadi pada tatanan Orde Baru. Salah satunya adalah visi militer yang lebih berperan dalam sektor sipil. Termasuk keterlibatan dalam bidang ekonomi. Dengan demikian, ekonomi Pancasila yang dicanangkan oleh para "mafia" tersebut, sedikit bergeser.

Bom Waktu Mafia Berkeley

Di sisi lain, ada juga "bom waktu" yang ditanamkan dengan kebijakan para Mafia Berkeley. Seiring dengan masuknya PMA, utang luar negeri, IGGI pun dibentuk.

IGGI adalah singkatan dari Inter-Government Group on Indonesia. Ia terdiri dari 13 negara yang tergabung dalam sebuah konsorsium pemberi pinjaman kepada Indonesia. Akibatnya, utang luar negeri Indonesia meningkat tajam dan membuat posisi tawar Indonesia lemah.

Hal ini membuat negara-negara pemberi pinjaman menuntut timbal balik dalam bentuk penguasaan sektor ekonomi dan industri strategis Indonesia. Akhirnya, perusahaan Indonesia tidak memiliki kedudukan yang setara. Mereka hanya bisa berfungsi sebagai pendamping perusahaan asing.

Pada saat David Ramson menelurkan teorinya tentang Mafia Berkeley pada 1970, kondisi Indonesia belum sepenuhnya dikuasai oleh "mafia" sesungguhnya.

Seperti kita ketahui bersama, Soeharto "mengizinkan" kroni dan antek-anteknya berperan dalam bidang ekonomi. Pinjaman mudah dengan biaya murah hanya dinikmati oleh sekelompok orang atau korporasi saja. Seiring waktu yang sama, korupsi di Indonesia pun mulai merajalela.

Di satu sisi, Soeharto cukup lihai dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan. Di sisi lain, kondisi Ekonomi bak api dalam sekam. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997, membuat Indonesia harus kembali bergantung kepada bantuang asing.

Sejahat Apakah Mafia Berkeley?

Setelah sekian lama berkiprah, sebagian masyarakat dengan mudah menyalahkan kebijakan ekonomi yang dicetuskan oleh Mafia Berkeley. Padahal, mereka tidak sepenuhnya salah. Arah dukungan politik berubah dengan sangat cepat kala itu turut berandil besar pada kejatuhan ekonomi 1997.

Tulisan singkat ini tentu tidak bisa mewakili prahara ekonomi Indonesia sepenuhnya pada zaman Soeharto. Isu Mafia Berkeley juga sangat sensitif dan gamang menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.

Kontribusi Mafia Berkeley terhadap perekenomian Indonesia saat itu memang besar, namun ia juga merupakan rangkaian keputusan dari pemerintah Orde Baru.

Atas perintah orang terkuat di Indonesia, apa yang seharusnya merupakan cita-cita para ekonom "mafia" akhirnya jatuh ke tangan "mafia" sesungguhnya.

Referensi: 1 2 3 4 5

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun