Dua orang lainnya adalah JB. Sumarlin dan Subroto. Keenam orang ini adalah murid langsung dari pendiri FE UI, bengawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo.
Dalam sejarah bangsa setelah reformasi, warisan Mafia Berkeley masih sering terdengar. Pada tim ekonomi era SBY, disebutkan bahwa Boediono adalah antek Mafia Berkely. Ekonom senior, Kwik Kian Gie juga tidak kalah garang. Ia menuduh jika kabinet ekonomi Jokowi yang ditukangi Sri Mulyani juga adalah bagian dari "sindikat."
Mafia Berkeley Â
Istilah ini tidak muncul tiba-tiba. Pertama kali digunakan dalam artikel karya David Ramson pada majalah Ramparts (1970) yang berjudul; "The Berkeley Mafia and the Indonesian Massacre."
Artikel tersebut memang mendiskreditkan Indonesia. Termasuk penjenamaan Mafia Berkeley. Tuduhan Ramson merujuk kepada dua hal; 1) Bahwa tim ekonom adalah antek Amerika, dan 2) mereka bertugas untuk memperkaya pejabat dalam waktu singkat.
Kelak deskripsi Ramson inilah yang menjadi subyek cibiran bagi para pencetus istilah "Mafia Berkeley." Namun, sejarah harus dicermati dengan lebih teliti.
Mantan Wapres Boediono termasuk salah satu yang tidak sependapat dengan penjenamaan Ramson. Menurutnya, Ramson tidak tinggal di Indonesia pada zaman itu dan tidak memahami dampak sistem ekonomi terpimpin Soekarno dulu.
Dengan apa yang dilakukan oleh "Mafia Berkeley," akibatnya Indonesia menikmati rata-rata tujuh persen per tahun selama era orde baru.
Keajaiban EkonomiÂ
Hiperinflasi turun dari 650% menjadi 36% pada akhir tahun 1969. Hanya tiga tahun setelah Soeharto berkuasa. Utang luar negeri dapat direstrukturisasi, penamanam modal asing tumbuh subur, industri ekspor mulai naik daun, jutaan lapangan kerja tersedia, produksi pertanian pun naik.
Tuduhan Ramson juga tidak benar. Nyatanya tim ekonom ini berstatus independen. Soeharto telah mempercayai tim ini untuk membentuk blue print ekonomi Indonesia, sekaligus menelurkan kebijakan-kebijakannya.