Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelusuri Kisah Cinta Pak Harto dan Ibu Tien

27 September 2021   07:38 Diperbarui: 27 September 2021   07:39 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soeharto mengenakan pakaian penganten dengan sebilah keris di punggungnya. Untuk seorang militer yang sudah terbiasa dengan pakaian dinas, perasaan Soeharto tidak tenang.

Selain merasa tidak leluasa dengan pakaian tersebut, suasana keamanan juga belum terlalu kondusif. Peperangan bisa saja meletup setiap saat. Sulardi, adik sepupunya yang menemaninya dari Yogya ke Solo cukup menghibur. Ia menganggu Soeharto sepanjang perjalanan.

Resepsi pernikahan berlangsung pada sore hari. Cukup banyak yang menghadiri, karena keluarga Soemoharjomo cukup terpandang. Sayangnya tidak ada dokumentasi yang mengabadikannya, sebab saat itu situasi tanah air memang masih darurat.

Selamatan dilanjutkan pada malam hari dan hanya bercahayakan lilin. Kota Solo pada hari tersebut harus dibuat redup untuk menghindari kemungkinan serangan udara dari Belanda.

Tiga hari setelah pernikahan, Soeharto kemudian memboyong Siti Hartinah ke Yogya untuk menemaninya bertugas. Sejak saat itu, ibu Tien selalu bersama Pak Harto dalam kebahagiaan, maupun pada masa-masa sulit.

**

Cinta Soeharto kepada ibu Tien takada duanya. Kendati banyak godaan dan juga diterpa isu tak sedap, nyatanya mereka tetap bersama hingga ajal menjemput.

Mereka tidak mengenal pacaran seperti anak muda sekarang. Tidak ada pula penolakan ketika hendak dijodohkan. Namun mereka percaya dengan pepatah Jawa, "witing tresna jalaran saka kulina," yang berarti datangnya cinta karena kedekatan.

Dalam hal ini, Soeharto dan ibu Tien meyakini nikah dulu baru pacaran. Contoh yang baik bagi para jomlo yang menolak dijodohkan. 

Soeharto mempunyai prinsip bahwa keluarga adalah tanggung jawab yang harus dijalankan. Baginya cinta berwujud lebih luas, yakni menjaga keharmonisan dan ketentraman di antara pasangan.

Cinta bagi suami istri bukan saja bagi kedua orang, tetapi juga bagi keturunannya. Ini adalah wujud kodrat manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun