Setelah ketiga barang simbolis ini diterima Soeharto, Toto pun bergegas pamit.
Namun, sekali lagi Soeharto tidak mengindahkan pesan Romo Diyat. Ia tetap maju. Pada masa tersebut, Soeharto mulai mendapat sorotan atas sepak terjang bisnis putra-putrinya.
Hingga pada tahun 1996, Soeharto juga mendapat pesan spiritual. Tapi, kali ini bukan dari Romo Diyat, malahan dari ibu Tien yang sempat berpesan kepada Mien Sugandhi, Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993-1998.
Dalam sebuah acara Golkar, Ibu Tien berkata kepadanya, "Tolong sampaikan kepada (nama salah satu petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, beliau sudah tua."
Baca juga: Madam Ten Percent, Seberapa Besar Pengaruh Ibu Tien di Era Soeharto?
Soeharto adalah Murid yang Taat
Konon selama 32 tahun berkuasa, Soeharto selalu mengikuti laku spiritual yang disarankan oleh sang guru. Mulai dari menyimpan benda pusaka, ritual kecil, hingga perjalanan ziarah ke berbagai tempat sakral di seantero Jawa.
Bahkan pada saat berkunjung ke Semarang, Soeharto selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah Romo Diyat. Mereka sering berdiskusi tentang hal-hal spiritual seputaran Soeharto.
Soeharto juga sering berkunjung secara khusus atau meminta Romo Diyat datang ke Jakarta, jika ada pesan leluhur yang ingin disampaikan. Â
Ketika Romo Diyat meninggal pada 1986, Soeharto masih sering berziarah ke makamnya di Klaten. Sepeninggan Romo Diyat, Soeharto masih tetap melaksanakan ajaran-ajaran gurunya ini.
Saran terakhir dari almarhum Romo Diyat diabaikan Soeharto. Jika tidak, maka sejarah Indonesia akan berubah. Pada akhirnya, takdir seseorang memang sudah digariskan. Namun, nasib Seoharto berada di tangannya sendiri, melalui keputusan-keputusan yang telah ia buat. Dengan atau tanpa nasehat spiritual.