Pada artikel sebelumnya, saya telah membahas mengenai Soedjono Hoemardani. Ia adalah sosok yang sangat dipercayai oleh Soeharto.
Orang mengenal Soedjono sebagai staf pribadi Soeharto yang menangani urusan keuangan dan ekonomi. Tapi, status sebagai dukun dan penasehat spiritual Soeharto juga sudah bukan rahasia lagi.
Saking kuatnya pengaruh Soedjono kepada Soeharto, sehingga jurnalis asing memberikannya julukan sebagai Rasputin Indonesia.
Kedekatannya dengan Soeharto jelas tidak seumur jagung. Soedjono pernah menjadi bawahan Soeharto di Kodam Diponegoro, dan juga pernah berbisnis dengan Bob Hasan, yang juga merupakan orang dekat Soeharto.
Namun, hubungan khusus Soedjono dan Soeharto, memang tidak jauh-jauh dari urusan mistis. Mereka berdua adalah murid spiritual Raden Soediyat Prawirokoesomo atau yang lebih dikenal dengan nama Romo Diyat.
Hal ini juga diamini oleh Soeharto. Sehubungan dengan anggapan banyak orang bahwa Soedjono adalah guru spiritualnya, Soeharto berkata bahwa ilmu kebatinannya tidak kalah dengan Soedjono.
"Saya mendengar orang-orang mengatakan bahwa ia mengetahui ilmu mistis lebih dari saya, namun Djono dulu sering sungkem ke saya. Dia menganggap saya sebagai senior yang tahu lebih banyak soal mistis." Dikutip dari buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. (1989:441-442)
Baca juga:Â 3 Ramalan Tentang Soeharto Jadi Presiden. Nomer 3 Dibayar Mahal
Lantas siapakah sosok Romo Diyat yang merupakan guru spiritual Soeharto ini?
Ada dua versi pertemuan awal Soeharto dengan Romo Diyat. Yang pertama mengatakan bahwa keduanya dulu sama-sama belajar kepada guru kebatinan Romo Marto Pangarso dan Romo Budi Kusumo, di daerah Notoprajan, Yogjakarta pada tahun 1950an.
Hubungan tersebut terus berjalan dengan baik hingga keduanya sama-sama pindah tugas ke Jakarta. Konon, kala itu Romo Diyat pernah ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk membindani lahirnya Universitas Bung Karno.
Suatu waktu kemudian, Romo Marto dan Romo Budi memutuskan untuk mewariskan "perguruan" dan ilmunya kepada Romo Diyat. Sejak saat itu, Soeharto pun menganggap Romo Diyat sebagai gurunya.
Versi kedua mengatakan bahwa Romo Diyat dikenalkan kepada Soeharto oleh Mesran Hadi Prayitno, seorang perwira AD. Soeharto dan Mesran sama-sama memiliki ketertarikan dalam ilmu kebatinan Jawa.
Mesran lantas menyarankan Soeharto untuk bertemu dengan seorang guru spiritual yang tak lain adalah Romo Diyat. Lokasinya di Desa Gemblengan Kalipotes, Klaten.
Ketika mereka bertemu, Soeharto kaget karena Romo Diyat ternyata adalah sosok misterius yang pernah menampakkan dirinya pada saat Soeharto berziarah ke makam Raja-raja Majapahit.
Apapun kisahnya, Soeharto sangat mempercayai guru spiritualnya ini. Satu hal yang membuat Soeharto yakin, adalah ketika Romo Diyat meramalkan bahwa dirinya akan menggantikan Jenderal Ahmad Yani. Bukan saja sebagai Panglima TNI AD, tapi juga calon pengganti Soekarno.
Peranan Romo Diyat Dalam Keputusan Soeharto
Nasihat-nasihat Romo Diyat sangat berpengaruh dalam keputusan presiden Soeharto. Banyak kebijakan politik yang dikomunikasikan dengan Romo Diyat. Menurut Soedjono Hoemardani, Soeharto merasa lebih mantap jika langkah caturnya mendapat restu leluhur.
Senada dengan Soedjono, pakar sastra Jawa Universitas Indonesia, Dr. Budyapradipta yang pernah menjadi sekretaris pribadi Soedjono mengungkapkan bahwa Saat GBHN ingin dicetuskan, dan saat Indonesia ingin merebut Timor-Timur, Soeharto tidak henti-hentinya meminta saran spiritual dari sang Romo.
Intel Ghoib
Ada sebuah kejadian menarik. Suatu saat Soeharto ingin mengadakan kunjungan kerja ke Australia dan Filipina. Soedjono lantas mengundang Romo Diyat ke rumahnya. Pesan yang didapatkan agar kunjungan Soeharto ke Australia perlu diawasi.
Dari hasil pemantauan BAKIN (BIN), kondisi di Filipina seharusnya lebih "berbahaya," terkait dengan pemerintahan Marcos yang baru digulingkan. Tapi, ternyata, kunjungan ke Filipina aman-aman saja.
Sementara di Australia, Soeharto diterima para demonstran. Sebiji telur busuk yang hinggap ke dahinya. Sontak kejadian ini membuat Soedjono marah besar. Ia langsung memaki Yoga Soegama, kepala BAKIN saat itu. "Makanya Yoga, jangan kau anggap remeh informasi intel spiritualku," ujarnya.
Membangkang Nasihat Romo Diyat
Tidak semua nasehat Romo Diyat juga diikuti Soeharto. Khususnya ketika gurunya ini menyarankannya untuk tidak lagi menjadi presiden.
Yang pertama adalah pada tahun 1982. Ketika itu, Soeharto hendak maju untuk ketiga kalinya. Kendati demikian, Seoharto tetap mendesak Romo Diyat untuk memintakan restu kepada Tuhan dan para leluhur.
Romo Diyat pun bekerja keras dengan melakukan tirakat dan perjalanan spiritual ke berbagai pelosok Nusantara selama kurang lebih setahun. Sebagai tanda, Romo Diyat kemudian meminta Soeharto menemuinya di Klaten, tempat mereka pertama kali bertemu. Soeharto pun menjadi presiden atas seizin Romo Diyat.
Kali kedua larangan ini terjadi pada tahun 1992. Saat itu, almarhum Romo Diyat berpesan kepada anaknya Toto Iryanto, melalui bisikan gaib.
Toto diperintahkan untuk menemui Soeharto langsung dengan membawa tiga benda simbolis; jantung pisang raja, jeruk bali, dan kelapa gading.
Sempat ragu, akhirnya Toto memberanikan diri. Ketika sampai di depan pintu istana, Toto hampir tidak lolos dari pemeriksaan Paspampres. Untungnya Soeharto sedang berada di luar dan melambaikan tangan kepada Toto yang masih diingatnya.
Pesan simbolis pun disampaikan. Jantung pisang raja sebagai simbol kekuasaan, kelapa gading untuk masa keemasan, dan jeruk bali menyampaikan agar kekuasaan tersebut dikembalikan.
Setelah ketiga barang simbolis ini diterima Soeharto, Toto pun bergegas pamit.
Namun, sekali lagi Soeharto tidak mengindahkan pesan Romo Diyat. Ia tetap maju. Pada masa tersebut, Soeharto mulai mendapat sorotan atas sepak terjang bisnis putra-putrinya.
Hingga pada tahun 1996, Soeharto juga mendapat pesan spiritual. Tapi, kali ini bukan dari Romo Diyat, malahan dari ibu Tien yang sempat berpesan kepada Mien Sugandhi, Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993-1998.
Dalam sebuah acara Golkar, Ibu Tien berkata kepadanya, "Tolong sampaikan kepada (nama salah satu petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, beliau sudah tua."
Baca juga: Madam Ten Percent, Seberapa Besar Pengaruh Ibu Tien di Era Soeharto?
Soeharto adalah Murid yang Taat
Konon selama 32 tahun berkuasa, Soeharto selalu mengikuti laku spiritual yang disarankan oleh sang guru. Mulai dari menyimpan benda pusaka, ritual kecil, hingga perjalanan ziarah ke berbagai tempat sakral di seantero Jawa.
Bahkan pada saat berkunjung ke Semarang, Soeharto selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah Romo Diyat. Mereka sering berdiskusi tentang hal-hal spiritual seputaran Soeharto.
Soeharto juga sering berkunjung secara khusus atau meminta Romo Diyat datang ke Jakarta, jika ada pesan leluhur yang ingin disampaikan. Â
Ketika Romo Diyat meninggal pada 1986, Soeharto masih sering berziarah ke makamnya di Klaten. Sepeninggan Romo Diyat, Soeharto masih tetap melaksanakan ajaran-ajaran gurunya ini.
Saran terakhir dari almarhum Romo Diyat diabaikan Soeharto. Jika tidak, maka sejarah Indonesia akan berubah. Pada akhirnya, takdir seseorang memang sudah digariskan. Namun, nasib Seoharto berada di tangannya sendiri, melalui keputusan-keputusan yang telah ia buat. Dengan atau tanpa nasehat spiritual.
Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H