Biaya operasional berupa listrik, pegawai, dan lain sebagainya adalah beban dari pihak terwaralaba. Setiap minggu, omzet dihitung dan pendapatan bruto dibagi sama rata antara pewaralaba dan terwaralaba.
Bagaimana dengan sistem kontrol?
Cukup mudah. Program komputer canggih telah disediakan oleh pusat. Setiap VCD baru yang dikirim ke outlet, selalu disertai dengan piringan CD berisikan daftar film baru. Tinggal dimasukkan ke harddisk, sistem terintegrasi dengan sendirinya.
Uang dari bagi hasil yang dikirim setiap minggu ke Jakarta, juga harus melampirkan bukti cetak laporan dari sistem. Sebulan sekali, pihak toko diwajibkan untuk melakukan audit stok sendiri.
Setiap beberapa saat sekali akan ada tim audit dari Jakarta yang datang menelusuri toko. Tapi, itu hanya untuk terwaralaba "nakal" yang terindikasi memanipulasi data. Kami sendiri tidak pernah mendapat kunjungan.
Bagaimana dengan VCD yang hilang atau rusak? Untuk yang rusak, wajib dikirimkan kembali ke pusat. Dianggap sebagai Force Majeur dan tidak dibebankan kepada pihak terwaralaba.
Untuk yang hilang juga sebenarnya tidak pernah dipedulikan oleh pihak pusat. Katanya, hanya jika pihak pemegang warlaba lokal memutuskan untuk tidak melanjutkan usahanya lagi, barulah audit dijalankan. Selanjutnya, VCD yang hilang akan dibebankan kepada pihak toko.
Bisnis Menggiurkan
Investasi dihitung untuk pembukaan tiga outlet pertama pada beberapa lokasi di kota Makassar. Semuanya dilakukan bertahap setiap 4 bulan sekali. Jadi, targetnya dalam setahun ada 3 outlet. Tapi, kenyataannya malah menjadi 5 outlet.
Ternyata, keuntungan dari investasi ini di luar dugaan. Outlet pertama kembali modal dalam kurun waktu 2,5 bulan saja. Outlet kedua beda tipis, hanya 3 bulan saja. Dan outlet ketiga tidak kalah mencengangkan, 5 bulan lamanya.
Darah muda mengalir deras, ambisi pun terkuras. Kami lantas melakukan ekspansi. Bukan hanya sebagai pemegang lisensi kota Makassar saja, tapi juga untuk daerah yang lebih luas lagi.
Pada tahun kedua, outlet Video Ezy Sulawesi sudah merambah kemana-mana. Ada 6 outlet di kota Makassar, satu di kota Pare-pare, dan satu lagi di Kabupaten Watampone.
Belum cukup, kota Kendari di Provinsi Sulawesi Tenggara pun kami seberangi. Outlet pertama di sana bikin viral warga sekota. Begitu pula dengan di kota Palu, Sulawesi Tengah. Antrian pelanggan jamak terlihat sepanjang hari.