Kebebasan sempat mereka rasakan semenjak Taliban jatuh pada 2001. Dengan standar keamanan yang dihadirkan oleh tentara AS, mereka sudah berani tampil bebas.
Namun, sejak Taliban kembali berkuasa, kehidupan umat Kristiani kembali terguncang. Taliban menjadikan mereka sasaran utama pembunuhan akibat dosa besar yang telah dilakukan. Tidak ada pengampunan lagi bagi mereka yang sudah pindah agama.
Sebagian memutuskan untuk melarikan diri ke daerah perbukitan yang jauh dari jangkauan penguasa. Sebagian lagi tetap berada di kota sembari menyembunyikan identitas mereka. Kendati demikian, mereka juga telah siap untuk mati dengan cara mengenaskan.
Laporan di lapangan menyatakan bahwa beberapa orang Kristen telah dibunuh. Mereka ditemukan melalui sweeping Taliban yang dilakukan di tempat-tempat umum. Aplikasi Alkitab pada ponsel adalah penyebabnya.
Beberapa negara Eropa saat ini telah membuka kemungkinan untuk menampung mereka. Tapi, komunitas ini sulit dijangkau, karena sebagian besar sudah tidak lagi menggunakan telpon genggam.
Sebagian lagi tidak bisa meninggalkan negara tersebut, karena harus melalui pos penjagaan ketat Taliban dalam perjalanan menuju bandara. Identitas di paspor mereka sudah terlanjur tertulis agama Kristen.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H