Namun, penyidikan berkembang, dan polisi menemukan kejanggalan. Di antaranya tidak ada tanda-tanda stres dalam keseharian hidup Ace. Sebelum meninggal, mahasiswa itu masih rutin menjalankan aktivitasnya.
Begitu pula dengan hasil otopsi. Konon korban sudah terlebih dahulu tewas sebelum tenggelam.
Tulisan tangan pada surat wasiat juga mengukuhkan. Ahli grafologi menyimpulkan jika tulisan tangan tersebut bukanlah milik korban. Ada dua tulisan tangan yang berbeda.
Mayat Ace baru ditemukan mengambang empat hari setelah ia dibunuh. Dalam kurun waktu tersebut, tempat kejadian perkara telah banyak berubah.
Kondisi kamar kos Ace sudah berantakan. Beberapa barang bukti seperti laptop dan telpon genggam sudah diotak-atik. Koper berisi barang milik korban dan perlengkapan lainnya di meja belajar juga sudah berserakan.
Beberapa kawan-kawan Ace juga sudah sempat masuk dan bahkan menginap di sana tanpa seizin pemilik. Intinya, TKP sudah tidak lagi steril.
Kasus Ace juga sulit diungkap karena tidak ada motif dan alibi yang pas. Ace ditenggarai tidak memiliki musuh, dan tidak ada alasan mencolok mengapa ia menjadi sasaran pembunuhan. Orang-orang dekatnya juga tidak patut dicurigai.
Apakah Ace meninggal karena salah bunuh? Atau ia adalah korban acak pembunuh berantai?
Sebabnya, banyak kasus besar yang melibatkan pembunuh berantai juga tidak terungkap hingga kini. Di Amerika, ada Zodiac Killer, di Inggris ada Jack The Ripper. Semuanya masih menyisakan tanda tanya.
Apakah kasus pembunuhan di Subang ini akan segera mencapai kesimpulan, atau akankah ia hilang ditelan bumi?
Apakah ia bermuatan politis? Karena ada beberapa yang demikian. Di antaranya adalah kasus Marsinah, Wartawan Udin, dan aktivis Munir.