Klub ini baru benar-benar seragam setelah 19 tahun terbentuk. Pihak manajemen akhirnya memutuskan untuk menyediakan seragam agar para pemain tidak lagi tampil beragam.
Nasib yang sama juga dialami oleh Arsenal. Tapi, mereka masih sedikit lebih cerdas. Tidak punya uang beli seragam, mereka siap menampung seragam merah bekas klub Nottingham Forrest.
Kala itu, Nottingham Forrest sudah terlebih dahulu mapan. Sementara Arsenal masih amatiran dan gureman.
Dilansir dari situs resmi Arsenal, hal tersebut tidak menjadi masalah. Karena pada akhir abad ke-19, seragam sepak bola tidak wajib menggunakan logo dan nama pemain. Yang penting seragam agar tidak membingungkan para official.
Barulah pada tahun 1930, alias 44 tahun setelah klub Arsenal berdiri, mereka akhirnya memiliki kostum merah putih yang identik hingga kini. Pada saat itu, pelatih Herbert Chapman terinspirasi dari sweater rompi merah dengan kaus berwarna putih dari salah satu pendukung Arsenal.Â
Klub lainnya yang mendapat hibah seragam lama adalah Sunderland. Mereka mendapat bantuan dari klub tetangga, South Bank FC, yang bermotif garis-garis putih merah. Hingga kini, kostum tersebut masih menjadi ciri khas klub.
Crystal Palace juga sama. Awal mereka menggunakan seragam bekas klub Aston Villa. Bedanya, sekarang sudah tidak lagi. Pada tahun 1970, Malcom Allison, manajer Crystal Palace menggantikannya. Warna seragam FC Bercelona-lah yang menjadi pilihan.
Siapa yang bisa menduga jika Manchester City dulunya pernah menjadi tim gurem. AC Milan kala itu sudah menjadi idola, dan sang manajer terinspirasi menjadikan Manchester City pada level yang sama.
Jadilah garis hitam merah menjadi pilihan jersey klub. Â Impian menjadi kenyataan, pada tahun 1969 mereka berhasil membawa pulang Piala Winners dan Piala FA.