Tapi, kalau dibilang Acek ngenceng sambil menulis, itu salah besar. Tersebab Acek tidak sedang menulis naskah film biyu yang sering ditonton Engkong sewaktu masih unyu.
Sejujurnya Acek sedang mempromosikan filsafat patung David. Acek penasaran, tentang konflik kemurnian dan kemaksiatan pikiran. Apakah kata "persetubuhan" bisa membuat seseorang gelap, atau kembali menjadi suci?
Dari komentar saja sudah kelihatan. Siapa yang berterima kasih dan siapa yang terprovokasi.
Beberapa pembaca akhirnya sadar diri. Beberapa lagi justru kalap, seperti Prof. AlPeb. Ia mengaku, setiap kata ia telusuri dengan penuh nafsu. Aih, Acek ikut-ikutan terangsang.
Engkong juga benar, Acek adalah murid Daeng Khrisna (KP). Engkong juga benar, bukanlah Daeng KP yang memperkenalkan Vatsyayana kepada Acek. Ingat, siapa pakar Kamasutra di sini.
Tapi, Engkong salah jika Acek disebut sebagai "murid gelap" Daeng KP. Itu karena Acek tidak pernah bersetubuh dengan Daeng KP. Suerrr!
Korban kemaksiatan pikiran Engkong juga mengarah ke Pak Tjip. Masyallah!!! Ingat, beliau adalah panutan di Kompasiana.
Acek yang sudah rabun dekat menangkap sebuah kalimat. Pak Tjip ditulis sebagai "Hidung Belang." Sekali lagi, Masyallah!!!
Padahal kita tidak pernah tahu, sampai yang bersangkutan mengaku sendiri. (mungkin saja benar).
Engkong juga benar ketika ia mengatakan jika tulisan Acek dibuat cantik-molek dan ganteng-sekel. Memuaskan hasrat pengen digauli. Apakah itu salah? Apakah itu amoral? Tanyakanlah kepada rumput yang bergoyang.
Kalaupun tulisan Acek digemari oleh si belang dan si girang, itu juga bukan urusan kemaksiatan. Itu adalah urusan dasar kebutuhan. Menulis itu penting, bisa menciptakan generasi yang hebat. Demikian pula persetubuhan.