Mereka kemudian pergi meninggalkan seluruh anggota ekspedisi, tanpa mengajak tamu mereka masuk ke dalam perkampungan. Anggota tim menganggap bahwa ekspedisi mereka cukup berhasil dan kembali pulang.
Sepuluh bulan kemudian Chattopadhyay datang kembali beserta tim yang lebih besar. Kali ini, anggota pemerintah dan aparat kepolisian juga turut serta.
Penduduk Sentinel sudah mengenal mereka dan menginginkan lebih banyak kelapa. Sewaktu kapal berlabuh, mereka menghampiri tanpa senjata lagi. Muatan berisikan hadiah langsung diambil tanpa ragu dan takut.
Keakraban terus berlanjut, hingga salah seorang anggota ekspedisi melakukan kesalahan. Ia berusaha mengambil hiasan daun yang dikenakan oleh salah satu anggota suku.
Sikap mereka langsung berubah dan mencabut pisau. Sebuah gestur yang cukup jelas kepada tim arkeolog untuk keluar dari pulau.
Kunjungan ketiga berakhir kosong. Cuaca buruk membuat tim tidak menemukan siapa pun di pantai. Mereka juga tidak berani masuk lebih dalam, terkait masalah keamanan.
Hasil kesimpulan dari tiga kali ekspedisi adalah, penduduk Sentinel Utara baik-baik saja. Mereka tidak membutuhkan orang asing.
"Yang mereka perlukan hanyalah hidup tenang tanpa diganggu," pungkas Chattopadhyay.
Ada yang menarik, kepulauan Andaman dan Nicobar termasuk wilayah yang diterjang tsunami besar 2004. Tapi, berdasarkan pantauan pemerintah India melalui helikopter, daerah tersebut tidak menunjukkan kerusakan berat.
Menurut Antropolog, suku Sentinel mungkin sudah diselamatkan oleh kemurnian mereka. Mereka memiliki pengetahuan kuno untuk menghadapi terjangan alam. Atau mungkin mereka justru bersahabat dengan musuh manusia?