Koflik suku pribumi dengan pasukan Inggris tak terelakkan. Dengan mudah daerah kepulauan ditaklukkan. Inggris pun memasukkan budaya mereka. Selain baca tulis, juga penyakit dan kebengisan. Tercatat suku-suku pribumi ini pernah ditangkap dan dipajang di Kebun Binatang Kalkuta, India.
Itulah mengapa para lelaki suku Sentinel selalu sigap berjaga di pantai. Itu adalah pintu masuk utama dari dunia luar. Panah dan tombak senantiasa terjaga, kendati mereka juga punya gestur lain dalam menunjukkan permusuhan; mempelihatkan alat kelaminnya.
Kontak terdekat dengan orang dunia luar terjadi pada tahun 1990an. Adalah tim ekspedisi yang terdiri dari beberapa antropolog yang tergabung dalam Anthropological Survey of India (AnSI) yang melakukannya.
Satu-satunya anggota ekspedisi wanita, Madhumala Chattopadhyay menceritakan pengalamannya kepada National Geographic.
Usaha pertama dilakukan dengan sedikit susah payah. Tenyata setelah lebih dari lima dasawarsa, sikap penduduk Sentinel tidak melunak sedikit pun terhadap orang asing. Tim disambut dengan busur dan panah ketika hendak berlabuh.
Mereka pun mulai melakukan strategi berbeda. Mengapungkan buah kelapa ke arah pantai, sebagai tanda persahabatan. Tak disangka, penduduk pribumi itu menyambut hadiah yang mereka terima. Sesuatu hal baru, karena tidak ada kelapa di pulau Sentinel.
Tapi, hadiah tersebut tidak serta merta membuat kaum pribumi lebih bersahabat. Ketika tim mendarat di pantai dengan lebih banyak perahu, beberapa lelaki dewasa masih menunjukkan sikap bermusuhan dengan mengarahkan busur dan anak panah.
Chattopadhyay mengambil sikap bersahabat. Ia menyerukan banyak bahasa setempat dengan harapan penduduk Sentinel memahaminya. Ia kemudian menunjukkan kelapa-kelapa yang ia simpan di perahu.
Hingga seorang wanita lokal meneriakkan sesuatu kepada para lelaki, barulah sikap bermusuhan tadi berkurang. Penduduk pribumi lantas menghampiri kapal dan mengambil semua kelapa dari tumpangan.