Apakah aplikasi semacam ini dapat memicu tingkat kriminalitas penipuan? Tidak terlalu jelas.
Ternyata Saya Benar
Jenis penipuan seperti ini ada namanya, yakni Spoofing.
The Official of Communication Inggris, telah memperingatkan publik untuk tidak menggunakan aplikasi tersebut karena rawan penipuan. Sebabnya badan industri UK Finance telah menunjukkan jumlah kasus penipuan telah meningkat hingga 40.000 kasus pada 2021 dibandingkan 2020.
Tapi, itu baru yang melapor. Bak puncak gunung es, kasus ini bisa saja jauh lebih banyak. Begitu pula di Amerika Serikat, Canada, Australia, dan Prancis.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Menurut data yang dikumpulkan oleh Truecaller, salah satu penyedia aplikasi asal Swedia, jumlah call-blocking dan spam-blocking di Indonesia adalah ketiga terbanyak di dunia dan yang terbanyak di Asia pada tahun 2019. Urutan ini naik dari nomer 16 dari setahun sebelumnya.
Mau tahu jumlahnya?
Disebutkan jika rata-rata seorang pengguna ponsel pintar bisa mendapatkan 28 telpon spam setiap bulannya. Adapun jenisnya terbagi dari; Layanan Finansial (40%), asuransi (23%), dan 37% untuk jenis penipuan lainnya.
Masih dari data Truecaller, modus spam yang terjadi di Indonesia kebanyakan adalah manipulasi psikologis yang bersifat urgensi. Seperti, "mama minta pulsa," atau "kecelakaan anggota keluarga."
Setelah membaca ini, bagaimana reaksi kamu?
Bagi saya sendiri cukup sederhana. Bersikap kritis dan tidak memercayai pesan atau telpon dari orang yang tak dikenal. Cara terbaik tentu adalah dengan bersikap waspada selalu.
Apakah aplikasi sejenis ini masih bisa digunakan?
Kalau saya sih tetap. Tersebab saya telah mendapatkan banyak manfaat dari aplikasi ini. Nomor telpon anonim dengan mudah diidentifikasi.
Asal jangan seperti Sonny (nama samaran), sahabatku. Ada yang save namanya dengan inisial "Kokoku Sayang" lengkap dengan nama tempat karaoke malam yang sering ia kunjungi. Nah, lho...