Apakah kamu tahu masa lalu istrimu? Jika iya, mungkin kamu tidak akan memedulikannya. Toh, namanya juga cinta, apalah arti sebuah kenangan.
Namun, pada suatu hari istrimu membuat artikel jurnal. Bukan fiksi dan tidak ada pula disklaimer. Pemeran utamanya adalah dirinya sendiri dan berdasarkan kisah nyata.
Isinya?
Istrimu punya mantan. Itu adalah masa-masa terindah baginya. Bukan hanya romantis, tapi juga seksi. Mereka bercinta berulang-ulang kali. Segala macam gaya ditulis secara detail. Lengkap dengan erangan dan perasaan.
Tujuannya?
Agar kamu tahu diri. Tidak lagi cuek, apalagi loyo di tempat tidur. Yang pasti, kamu kalah jauh dalam urusan bercinta dengan mantannya.
Ini Bukan Fiksi, tapi Kisah Nyata
Adalah BB Easton yang menulis buku berjudul 44 Chapters About 4 Men. Bukunya laku keras. Jurnalnya betulan.
Dikutip dari kompas.com, konon BB Easton menuliskannya bukan untuk membuat suaminya cemburu. Ia mencintai kehidupannya yang sekarang dengan 2 anak yang lucu-lucu.
Ken, suaminya dulunya juga perkasa. Namun, seiring waktu berjalan ia telah berubah menjadi suami yang "baik." Termasuk gaya bercinta konvensional di ranjang.
BB Easton menulis buku tersebut dengan maksud untuk membangkitkan gairah cinta masa lalu. Ia tidak merasa bersalah, bahkan dirinya merasa bangga karena telah menjadi orang jujur.
"Saya masih orang yang sama," ungkap BB Easton.
Dibuat Menjadi Kisah Esek-esek
Lagipula itu hanya refleksi masa lalu dan BB Easton tidak pernah bertemu lagi dengan sang mantan.
Tapi, situasinya dibuat sedramatisir mungkin dalam film Sex/Life. Film serial yang diadopsi dari buku karya Easton dan ditayangkan oleh Netfilx ini mulai putar sejak tanggal 25 Juni 2021. Total keseluruhan adalah 8 episode.
Sinopsis
Adalah Billie Connely (diperankan oleh Sarah Shahi). Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang baik-baik saja. Ia tinggal bersama dua anak dan suaminya, Cooper (Mike Vogel). Suaminya adalah sosok sempurna. Pekerja keras, penyayang keluarga, dan setia.
Hingga tiba-tiba memori masa lalu datang menerpa. Tetiba Billie merindukan nostalgia yang eksotis, penuh sensasi, dan hubungan seks yang liar. Semuanya berlangsung pada saat Billie masih berstatus mahasiswa S2 psikologi Universitas Cornell, New York.
Penyebabnya adalah Brad Simon (Adam Demos), yang datang kembali. Mereka dulu adalah dua sejoli.
Sebenarnya hubungan mereka bisa dikatakan singkat. Tapi, justru itu yang bikin penasaran. Billie yang sudah terbiasa gonta-ganti pacar, merasakan jika hubungan seksualnya dengan Brad adalah yang terbaik di antara semuanya.
Banyak hal yang mereka lakukan bersama. Hanya dari sekedar jalan-jalan, hingga pesta liar yang berujung pada pengalaman seksual yang sensual.
Sayangnya hubungan mereka kandas di tengah jalan. Billie merasa terpukul dan menjalani titik terendahnya dalam kehidupan.Â
Setelah berhasil menata hidupnya, Billie pun bertemu Cooper. Semua hal-hal liar yang pernah ia lakukan bersama Brad tidak ada pada Cooper. Hal itulah yang membuat Billie nyaman dan mampu untuk kembali move-on. Mereka akhirnya menikah.
Kisah ini dimulai dari titik pergolakan batin yang dialami oleh Billie. Ia yang menikah dan menjadi wanita baik-baik, ternyata tidak mampu membendung hasrat liarnya. Terutama kepada sosok Brad yang kembali pada kehidupannya.
Plot, Karakter, dan Konflik
Kekuatan lain pada film ini adalah pada plot, karakter, dan konflik yang ditimbulkan. Semuanya dibentuk nyata dalam kehidupan. Siapa pun bisa memiliki problema yang sama dengan para pemain.
Cooper sebagai suami yang setia, mampu menimbulkan rasa empati dari para gadis yang masih jomlo. Ia adalah contoh sosok calon suami idola. Sayangnya, ia disia-siakan.
Cooper adalah suami penyayang. Ia digambarkan sebagai lelaki yang sempurna dan baik hati. Tampang dan fisiknya juga tidak mengecewakan. Bukan tipikal kutu buku gendut berkacamata.
Dalam dilemanya, Cooper juga memiliki godaan. Selalu saja ada wanita lain yang mencoba menggantikan posisi Billie dalam hidupnya. Tapi, dia tetap memilih Billie dan terus mencoba memberikan kehidupan seks yang liar yang diinginkan istrinya.
Sementara Brad sendiri juga adalah kenyataan. Istilah Bad Boy melekat padanya. Tidak diidolakan, tapi diinginkan. Penampilannya berangasan, tapi tetap kelihatan rapih. Ia pun juga memiliki kehidupan yang bagus dengan pekerjaannya yang mapan.
Ia masih memiliki perasaan kepada Billie, meskipun enggan menyentuh istri orang. Namun, konflik antara rasa iba dan umpan tajam dari Billie terus menerus datang menyerang.
Brad ingin membantu Billie keluar. Mereka pun melakukan perjalanan berdua untuk menemukan pencerahan. Tentu saja godaan demi godaan akan terasa sulit untuk disepelekan.
Juga ada Sasha (Margaret Odette). Ia adalah BFF Billie saat kuliah. Bersama Billie, sosok Sasha tidak jauh berbeda. Mereka bahkan cukup sering bertukar pasangan dan melakukan sex threesome.
Masalahnya, pada saat Billie membutuhkannya untuk kembali ke masa lalu, Sasha tidak mau. Ia kini telah berubah menjadi perempuan alim yang tidak mau lagi bersentuhan dengan hal-hal liar lagi.
Akankah Billie bercerai dengan Cooper? Akankah Brad kembali kepada Billie? Akankah Sasha kembali terjun ke dunia seks bebas untuk membahagiakan soulmatenya?
Adegan Dewasa yang Lebih Dewasa
Kendati film ini telah dilabeli dengan serial dewasa, tetapi para penonton dewasa pun masih bisa melongo menyaksikannya.
Setiap episode menampilkan adegan seks yang hot. Baik dalam bentuk flashback maupun pada alur cerita. Beberapa adegan juga terasa sangat fenonemal dan menjadi perbincangan di medsos.
Salah satunya adalah pada episode ketiga, di mana ukuran alat kelamin Brad menjadi perbincangan. Apakah memang ukurannya nyata?
Tampil telanjang adalah hal yang biasa. Adegan seksual seperti menjilat genital dibuat sedemikian nyata, meskipun tidak sevulgar film porno.
Namun, disitulah letak kekuatannya. Film ini mampu mengangkat kisah erotis tanpa terasa menjijikkan. Alur cerita dibuat, sehingga penonton menjadi penasaran.
Akting para pemain demikian natural dan berhasil membuat penonton menghayatinya. Pertanyaan "misalkan" dan "bagaimana jika" selalu muncul dari dalam benak.
Bak anak kecil yang menonton film super hero, imajinasi liar dari para penonton dewasa juga akan terulik. Memimpikan, andaikan mereka yang menjadi para tokoh dalam film.
Review dan Rating
Rotten Tomatoes sebagai salah satu referensi yang paling sinis hanya memberikan skor 23% dari para kritikus, dan 34% dari para penonton.
Reviewnya pun tidak terlalu bagus;
"Menyesakkan dengan ide yang terlalu provokatif. Alur kisahnya terlalu banyak diselingi dengan adegan melodramatik. Kisah erotismenya terlalu dibuat-buat. Hanya merupakan impian yang sulit terjadi di dunia nyata."
Kendati demikian, review tersebut hanya untuk season 1. Masih ada 7 season berikutnya yang belum mendapat komentar. Penasaran? Saya tidak menyarankan kamu untuk menontonnya.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H