Setiap episode menampilkan adegan seks yang hot. Baik dalam bentuk flashback maupun pada alur cerita. Beberapa adegan juga terasa sangat fenonemal dan menjadi perbincangan di medsos.
Salah satunya adalah pada episode ketiga, di mana ukuran alat kelamin Brad menjadi perbincangan. Apakah memang ukurannya nyata?
Tampil telanjang adalah hal yang biasa. Adegan seksual seperti menjilat genital dibuat sedemikian nyata, meskipun tidak sevulgar film porno.
Namun, disitulah letak kekuatannya. Film ini mampu mengangkat kisah erotis tanpa terasa menjijikkan. Alur cerita dibuat, sehingga penonton menjadi penasaran.
Akting para pemain demikian natural dan berhasil membuat penonton menghayatinya. Pertanyaan "misalkan" dan "bagaimana jika" selalu muncul dari dalam benak.
Bak anak kecil yang menonton film super hero, imajinasi liar dari para penonton dewasa juga akan terulik. Memimpikan, andaikan mereka yang menjadi para tokoh dalam film.
Review dan Rating
Rotten Tomatoes sebagai salah satu referensi yang paling sinis hanya memberikan skor 23% dari para kritikus, dan 34% dari para penonton.
Reviewnya pun tidak terlalu bagus;
"Menyesakkan dengan ide yang terlalu provokatif. Alur kisahnya terlalu banyak diselingi dengan adegan melodramatik. Kisah erotismenya terlalu dibuat-buat. Hanya merupakan impian yang sulit terjadi di dunia nyata."