Pencinta sepak bola Inggris kembali bergairah, khususnya para fans Manchester United. Mega Bintang Cristiano Ronaldo pindah kembali ke klub yang pernah dibelanya pada periode 2003-2009 lalu.
Pemain yang berjulukan CR7 ini memang selalu ramai dalam sorotan. Baik aksinya di lapangan hijau, maupun kehidupan pribadinya.
Kekasih Cristiano bernama Georgina Rodriguez. Meskipun belum menikah, mereka berdua telah memiliki seorang anak perempuan bernama Alana Martina.
Kehadiran Alana telah membuat hubungan pasangan itu semakin dekat. Mereka selalu tampil mesra dan serasi. Terlebih lagi karena Georgina terbukti dapat menjadi ibu yang baik bagi tiga anak CR7Â yang lain.
Selain Alana, Christiano juga memiliki tiga anak lainnya, yakni Cristiano Ronaldo, Jr (2010), serta si kembar Eva Maria dan Mateo Ronaldo (2017).
Namun, tidak sama dengan Alana, ibu dari ketiga anak lainnya tidak pernah terekspos. Rumor pun datang menyerta.
Ada yang mengatakan jika ibu dari anak-anak tersebut adalah seorang mahasiswi asal AS. Ia "dibuang" dan diberikan 10 juta euro sebagai kompensasi atas sikapnya yang suka berhura-hura.
Tapi, Cristiano membantah semua tuduhan tersebut. "Ibu dari Cristiano Ronaldo, Jr. berkebangsaan Portugal, bukanlah mahasiswi atau pelayan seperti spekulasi banyak orang," ujar Cristiano.
Ada pun anak dari si kembar, Cristiano Ronaldo mendapatkannya dari proses Surrogate Mother, alias praktik menyewa rahim seorang wanita yang identitasnya dirahasiakan dengan imbalan tertentu.
Tidak ada alasan jelas mengapa sang Mega Bintang ini ingin menjalani proses Surrogate Mother. Padahal jika dipikir, tentu tidak susah bagi dirinya untuk mendapatkan pasangan.
Bisa jadi karena Cristiano sudah ngebet punya anak, tetapi tidak mau terikat dengan ikatan pernikahan. Bisa saja teori ini benar mengingat ia masih belum mau menikah dengan Georgina walupun sudah memiliki Alana.
"Menjadi seorang ayah itu sangat menyenangkan," ungkap CR7.
Akhir-akhir ini fenomena Surrogate Mother yang terkesan janggal ini juga menjadi viral. Bahkan jauh sebelum Cristiano, para selebriti Hollywood sudah melakukannya.
Mereka cukup terbuka dengan alasan memilih Surrogate Mother sebagai penerus keturunan. Ada yang karena faktor usia, atau faktor tidak ingin melahirkan. Ada pula karena memang ingin punya anak tanpa terikat hubungan pernikahan.
Proses Surrogate Mother juga bisa dilakukan tanpa harus bertemu. Identitas lelaki dan wanita bisa saja dirahasiakan. Selebihnya, seluruh proses inseminasi buatan diserahkan kepada pihak ketiga yang membantu mereka.
Dalam dunia medis, istilah ini cukup beririsan dengan istilah fertilasi in-vitro atau yang dikenal umum sebagai proses bayi tabung. Hanya saja bedanya, proses pembuahan tidak dilakukan dalam rahim, melainkan pada tabung petri yang ditanamkan ke uterus.
Namun, harus diingat bahwa proses bayi tabung hanya mengambil alih fungsi pembuahan saja. Sementara proses kehamilan hingga kelahiran tetap berjalan normal pada tubuh istri yang sah. Sementara pada program Surrogate Mother, prosesnya agak sedikit berbeda.
1) Seorang calon single parent (lelaki) menyewa rahim dan sel telur wanita lain yang tidak terikat dalam pernikahan untuk memperoleh keturunan.
Alias Genetic Surrogacy; Sewa rahim dan sel telurnya, atau
2) Pasangan suami istri sah meminjam rahim wanita lain untuk menitipkan sel sperma dan sel telurnya. Proses kehamilan tidak dijalani oleh sang ibu.
Istilah ini dikenal sebagai Gestational Surrogacy, yang berupa sewa rahim saja.
Untuk alasan inilah, maka program Surrogate Mother tidak diizinkan di Indonesia. Ia terkait dengn Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 27 tentang kesehatan.
Disebutkan bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri sah. Itulah mengapa proses ini dilarang, sementara secara teknis, ia cukup mirip dengan bayi tabung yang legal di Indonesia.
Bisa dikatakan bahwa proses Surrogate Mother juga tidak beretika. Akan sangat kejam bagi seorang ibu yang secara sadar menyerahkan anak yang dikandungnya kepada orang lain. Apa pun alasannya.
Kendati sel telur bukan miliknya, namun proses 9 bulan dalam kandungan sudah menimbulkan ikatan batin yang kuat bagi ibu dan anak. Untuk itu, sebaiknya mempertimbangkannya matang-matang.
Terlalu banyak faktor psikis, fisik, dan emosional yang terlibat dalam sebuah "kehilangan." Khususnya, Moral!
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H