Hingga kini buku ini semacam wajib berada di rumah. Papa sudah menjadi pengganti nenek dalam menafsirkannya. Entah apa yang terjadi pada generasi-generasi berikutnya.
Saya sendiri hanya bisa berbahasa Mandarin, tapi buta aksara. Anak-anak saya lebih parah lagi. Bahasa Tionghoanya macet di tengah jalan.
Mungkin karena ini adalah bagian dari budaya, maka saya tetap akan membelinya setiap tahun. Paling tidak bisa dijadikan jimat keberuntungan dalam rumah.
Referensi: 1Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H