Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Si Unyil dan Upin-Ipin Tidak Punya Ayah Bunda?

21 Agustus 2021   12:09 Diperbarui: 21 Agustus 2021   12:14 2841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Si Unyil dan Upin-Ipin Tidak Memiliki Ayah Bunda? (steemit.com / awan965.wordpress.com)

Melihat kisah Upin dan Ipin, penulis kembali teringat dengan kisah si Unyil. Film serial televisi yang rajin tayang di hari Minggu siang sejak penulis masih ingusan.

Selain karena alur ceritanya yang menarik, banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Tokoh-tokoh yang dibesut juga memiliki karakter rupa-rupa yang akrab dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak heran, jika papa mama tidak pernah melarang anak-anaknya menonton serial televisi ini.

Beberapa dasawarsa telah berlalu, kejayaan Unyil tidak betul-betul hilang. Masih ada pada daftar teratas lobus frontal para orang tua zaman kolonial.

Namun, anak kecil juga tidak kehilangan momentumnya. Adalah serial Upin-Ipin yang mempunyai ciri khas yang mirip. Sama-sama adalah cerita anak. Sama-sama sarat pesan moral, dan tokoh utamanya sama-sama tidak memiliki orangtua.

Lha, Kok bisa?

Setelah saya menelusuri dunia maya, tidak ada alasan jelas mengapa ayah dan ibu Unyil tidak terkenal. Dari berbagai sumber yang saya coba ulik, hanya Wikipedia yang menampilkan sekilas info tentang ayah dan ibu Unyil sebagai tokoh pemeran. Nama kedua orangtua bahkan tidak disebutkan.

Atau mungkin penulis salah? Yang jelas ayah ibu Unyil tidak menjadi salah satu tokoh utama yang berkarakter kuat.

Begitu pula dengan Upin-Ipin. Karakter orangtua dari keduanya juga tidak terekspos dengan baik. Tapi, bedanya jika Unyil masih memiliki orangtua, kedua bocah gundul ini sama sekali tidak ada.

Disebutkan jika mereka hanya tinggal bersama Kak Ros dan neneknya saja. Kemunculan ayah bunda mereka untuk yang pertama kali disebut dalam episode "ulang tahun Upin Ipin."

Di sana Opah memberikan kado berupa foto keluarga mereka. Kak Ros yang masih kecil, dan Upin Ipin yang masih bayi tampak digendong oleh dua orang dewasa yang wajahnya tidak jelas. Disebutkan pula jika ayah mereka adalah tentara yang bernama Abdul Salam.

Pada musim ke-8 dalam episode "Kenangan Mengusik Jiwa," keberadaan ayah Upin Ipin kembali ditegaskan. Konon ia gugur dalam tugas.

Sementara ibu Upin Ipin sendiri pertama kali disebutkan dalam episode "Hari Ibu." Pada saat itu Upin Ipin kebingungan karena seluruh temannya telah menyediakan kado buat ibunya.

Akhirnya Opah dan Nenek pun membawa mereka berdua berziarah ke makam kedua orangtua mereka untuk memperingati hari ibu. Tidak disebutkan mengapa ibu mereka meninggal. Hanya dikisahkan tentang sosok ibu mereka yang baik hati dan punya tahi lalat seperti neneknya. Tiada pula nama dari ibu mereka.

Sebuah kisah bisa dibawa ke arah mana saja sesuai keinginan dan kebutuhan produser, sutradara, dan pasar.

Namun, fakta sesungguhnya meninggalnya orangtua Upin Ipin gegara tenggat waktu. Kala itu pihak Les Copaque selaku produser sudah harus buru-buru menayangkan episode pertama terkait dengan tenggat waktu penayangan.

Beberapa tokoh telah dibuat, tapi bukan ayah bunda Upin Ipin. Jadilah "pembunuhan" karakter ayah bunda dari kedua anak malang ini.

**

Menarik untuk melihat bagaimana si Unyil beserta Upin Ipin menjadi terkenal tanpa orangtua mereka. Andaikan ada, apakah karakter mereka bisa sekuat sekarang?

Orang tua adalah penentu kebijakan. Tentu dengan kehadiran mereka, konflik dalam cerita bisa saja berbeda.

Si Unyil mungkin tidak akan leluasa keliling-keliling kampung. Bisa saja kedua orangtuanya membutuhkan dirinya untuk bekerja.

Begitu pula halnya dengan Si Upin Ipin. Kepolosan mereka mungkin akan tertutup dengan bimbingan orangtua. Membuat alur cerita menjadi tidak terlalu lucu lagi.

Moral dari kisah? Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjadi orangtua yang menyanyagi anak-anak. Tapi, sampai batas mana kita menyayanginya? Apakah dengan mengorbankan kemandirian anak-anak?

Unyil bisa terkenal karena ia mandiri. Upin Ipin bisa diterima karena mereka ingin belajar.

Tidakkah sebagai orangtua, kita menginginkan anak kita setenar Unyi, Ipin, dan Upin?

Atau masihkah kita belum sadar pesan moral dari tayangan yang sudah ada sejak zaman bapakmu itu?

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun