Janganlah pedulikan penarikan mundur tentara AS dari Afghanistan. Jangan pula meramaikan Taliban yang telah berhasil menduduki Istana Kepresidenan.
Janganlah permasalahkan ideologi Taliban. Jangan pula meributkan hukum Syariah yang diberlakukan di Afghanistan.
Namun, belajarlah dari Sejarah.
Pedulikan kebebasan penduduk Afghanistan sebelum semuanya terjadi. Permasalahkan mimpi yang telah direngut dari ego segelintir penguasa.
Lihatlah kehidupan yang penuh warna cerah, riuh gempita, dan gemerlapnya optimisme. Semuanya pernah menjadi bagian dari Afghanistan.
Beberapa dasawarsa lalu, Kabul adalah sebuah kota modern. Penuh kebebasan dan tempat bagi muda-mudi untuk berbagi harapan dan impian. Â
Jejaknya masih terlihat dalam Zhvandun, sebuah majalah kosmopolitan yang pernah diterbitkan oleh segelintir orang di Afghanistan. Tempat yang kini kita kenal sebagai salah satu negara yang paling berbahaya di dunia.
Zhvandun artinya Hidup. Majalah ini berisikan berbagai artikel berbobot tentang kehidupan. Perkembangan zaman, dunia mode, para selebiriti, dan juga tren terkini. Tidak lupa juga cerpen dan puisi.
Pembacanya tidaklah banyak. Kebanyakan hanya mereka yang tinggal di Kabul dan beberapa kota besar Afghanistan.
Tapi, majalah ini menjadi penting. Tersebab telah memberikan kenyataan bahwa apa yang kita ketahui tentang Afghanistan tidaklah sepenuhnya benar.
Para penulis dan pembacanya kebanyakan adalah manusia yang tidak peduli dengan politik. Idealisme adalah gagasan yang sangat sulit dicerna.
Konsep OOTD (outfit of the day) dan film apa yang akan ditonton jauh lebih berguna ketimbang janji suci para penguasa.
Mereka melambangkan para generasi bangsa yang progresif dalam berpikir. Cita-cita mereka juga tidak tinggi. Hanya ingin menjadikan Afghanistan sebagai sebuah tempat yang layak huni.
Zhvandun tidak sendiri. Di era yang sama ada juga beberapa majalah yang terbit.
Adalah Kabul. Ia adalah wadah bagi para pemikir kenamaan terkemuka di Afghanistan. Tempat di mana budaya dan perkembangan zaman bercampur menjadi satu. Menyediakan banyak pilihan bagi para penduduk Afghanistan untuk menghargai tradisi dan tidak memusuhi modernisasi.
Begitu pula Adab. Telah menjadi ajang bagi para pendidik dan kaum terpelajar untuk menyertakan jurnal ilmiah ringan. Menggabungkan teori para ilmuwan dunia dan cendekiawan asli Afghanistan. Majalah tersebut adalah terbitan berkala Universitas Kabul.
Pun dengan Kamkyako Anis. Artinya adalah Sahabat Anak. Kendati hanya penuh dengan kisah dongeng dan teka-teki, tetapi telah mewakili impian yang hilang; kebahagiaan anak-anak Afghanistan.
Mohammad Zahir Shah. Ia adalah Raja Afghanistan terakhir yang memerintah sejak tahun 1933. Di bawah pemerintahannya, Afghanistan adalah negara yang sangat bersahabat.
Perang Dingin berlangsung, tapi ia tidak memusuhi Soviet, dan juga bersahabat dengan Amerika Serikat. Ia juga secara konsiten membuat negaranya menjadi sebuah tempat yang setara dengan negara modern dunia.
Zahir Shah mengundang banyak konsultan asing untuk mencapai visi dan misinya. Di bidang politik, ia membuat legalisasi demokratis. Anggota parlemen terdiri dari banyak etnik dan suku yang berbeda, agar seluruh suara rakyatnya didengar.
Zahir Shah juga mengembangkan pendidikan. Gedung-gedung sekolah didirikan dengan sistem pendidikan modern. Pendidikan bagi para wanita juga tak luput dari perhatianya.
Maskapai Airana Airlines adalah wujud misi Zahir membuat Afghanistan terkoneksi dengan dunia. Beberapa rute menjadi sangat terkenal. Khususnya dari Kabul ke Frankfurt melalui Teheran, Damaskus, Beirut, dan Ankara.
Kondisi kota-kota Afghanistan yang terisolasi akibat pegunungan dan gurun membuat Airana Airlines menjadi opsi yang menarik bagi para wisatawan dan investor asing.
Selama masa pemerintahannya, Afghanistan adalah negara yang damai dan stabil. Tidak ada konflik, apalagi peperangan.
Sayangnya ia digulingkan dalam sebuah kudeta mendadak pada tahun 1973.
Pencetus kudeta adalah Mohammad Daod Khan, Perdana Menteri dan juga sepupunya. Tujuannya adalah pembentukan negara Republik.
Selama masa pemerintahan Daod Khan, terjadi perubahan pada wajah Shvandun. Majalah yang dulunya banyak memuat iklan luar negeri, kini sudah dipenuhi oleh produk dalam negeri.
Daod Khan yang mendobrak tradisi Monarki, kini lebih banyak mendorong pengusaha dalam negeri untuk membangun pabrik dan perusahaan jasa.
Reformasi yang didengungkan Daod Khan ternyata tidak berakhir baik. Demokrasi yang kebablasan akhirnya memicu konflik dan peperangan.
Revolusi Saur kemudian menyingkirkan Daod Khan. Pencetusnya adalah sekelompok kaum militer yang berhaluan Komunis. Era politik baru pun muncul di akhir tahun 70an. Penuh intrik dan konflik yang tak berkesudahan.
Zhvandun tetap eksis. Bedanya wajah-wajah Hollywood digantikan dengan artis Soviet. Iklan produk televisi, Mini Compo, hingga yang kebarat-baratan digantikan dengan mesin-mesin pertanian yang lebih komunis.
Tak lupa juga, literasi dan ide komunis membuat Zhvandun hadir dengan wajah baru selama dua dekade ke depan.
Hingga akhirnya ketika Soviet dipaksa keluar dari Afghanistan pada tahun 1990. Taliban pun dengan leluasa menanamkan tajinya di negara ini.
Zhvandun telah tamat. Mungkin tidak untuk selamanya, tapi ia telah lenyap untuk waktu yang sangat lama.
Para pendobrak tidak lagi mendapat tempat semasa pemerintahan Taliban. Para penulis, pemikir, dan pembaca berbondong-bondong meninggalkan bumi pertiwi yang telah melahirkan mereka.
Kelompok Taliban dipastikan tidak akan memberikan tempat sama sekali bagi Zhvandun dan seluruh warisannya.
Tapi, tidak semua hilang. Sesekali masih ada satu dua eksemplar dijual secara sembunyi-sembunyi di pasar loak Afghanistan. Dijual dengan harga yang sangat mahal; Nyawa bagi para penjual dan pembelinya.
Untungnya di era digitalisasi, hampir semua edisi majalah Zhvandun masih bisa diselamatkan, Para kolektor, pembaca, dan juga penulis telah bersatu padu melestarikan sisa-sisa kejayaan Afghanistan di masa lampau.
Sebuah harta yang sangat berharga. Jejak kebudayaan dari sebuah bangsa yang terkucilkan. Jejak kebebasan dari sebuah negara yang terabaikan. Jejak impian dari anak-anak Afghanistan yang telupakan.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H