Kelompok Taliban dipastikan tidak akan memberikan tempat sama sekali bagi Zhvandun dan seluruh warisannya.
Tapi, tidak semua hilang. Sesekali masih ada satu dua eksemplar dijual secara sembunyi-sembunyi di pasar loak Afghanistan. Dijual dengan harga yang sangat mahal; Nyawa bagi para penjual dan pembelinya.
Untungnya di era digitalisasi, hampir semua edisi majalah Zhvandun masih bisa diselamatkan, Para kolektor, pembaca, dan juga penulis telah bersatu padu melestarikan sisa-sisa kejayaan Afghanistan di masa lampau.
Sebuah harta yang sangat berharga. Jejak kebudayaan dari sebuah bangsa yang terkucilkan. Jejak kebebasan dari sebuah negara yang terabaikan. Jejak impian dari anak-anak Afghanistan yang telupakan.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI