Sang kakek melanjutkan dengan mengeluarkan seutas benang merah. Ia pun berkata; "Pria dan wanita yang kakinya kuikat dengan benang ini, akan menjadi suami istri selamanya."
Wei-gu penasaran. Ia ingin mencari tahu sosok dari calon istrinya. Kakek tua pun menjawab bahwa jodohnya saat ini masih berusia 3 tahun. Wei-gu akan menikah dengannya 14 tahun kemudian.
"Kalau kamu ingin melihat calon istrimu, ikutlah denganku sekarang," ujar sang Kakek.
Wei-gu yang penasaran tentu tidak menolak. Mereka pun masuk ke dalam kota menuju ke arah pasar. Di sana mereka berdua menemui seorang wanita penjual sayuran sedang menggendong seorang anak wanita berusia 3 tahun.
Sang wanita tampak dekil dan matanya buta sebelah. Wei-gu tidak bisa menerimanya. Bagaimana mungkin dirinya yang terpelajar bisa berjodoh dengan anak tukang sayur miskin.
"Jika memang ia adalah jodohku, akan kubunuh anak ini sekarang," pungkas Wei-gu dengan nada pitam.
Tapi, sang Kakek tua dengan sabar menasehatinya untuk tidak membunuh sang anak. Tersebab apa yang sudah disuratkan tidak bisa lagi diuraikan.
Wei-gu masih belum bisa menerima dan bergegas pergi ke sebuah penginapan, meninggalkan sang Kakek Tua yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Perkataan Kakek Tua masih membekas dalam hati Wei-gu. Sang Sarjana sungguh tidak sudi beristrikan anak orang miskin. Akhirnya ia pun menjalankan aksi nekat.
Ia lantas menyewa seorang pria di kota itu untuk membunuh sang anak. Bayarannya besar, sehingga pria tersebut menyetujuinya.
Di tengah keramaian, orang tersebut berhasil menusuk anak itu dengan belatinya. Tapi, ia lantas bergegas pergi karena takut ditangkap. Sesaat kemudian, ia datang melapor ke Wei-gu dan menerima bayarannya.