Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bagaimana Bikini Merah Bisa Bikin "De-dek" Merekah

6 Agustus 2021   18:20 Diperbarui: 6 Agustus 2021   19:01 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinar Candy (sumber: kompas.tv)

Dinar Candy diciduk polisi. Ia turun ke jalan berbikini pada hari Rabu (04.08.2021). Warna merah sebagai bentuk protes atas aturan PPKM Darurat.

Konon Dinar Candy Stres. Pekerjaanya adalah manggung menghibur. Musik DJ tak bisa lagi ia mainkan.

Videonya ramai beredar di dunia maya. Medos riuh, polisi pun rusuh. Segera ia ditangkap dengan jeratan pasal aturan pornografi.

Pasal 36 UU Nomor 44 Tahun 2008. Ancamannya 10 tahun penjara atau denda 5 miliar.

Namun, Dinar Candy tak ditahan. Sebabnya ia sudah menyesal duluan.

Sayangnya Acek Rudy tidak berada di jalan Lebak Bulus, Jakarta pada saat kejadian.

Ia hanya mendengar cerita dari Engkong Felix. Konon bikini warna merah memang digunakannya. Tapi, tidak kelihatan.

Tersebab karton besar dijadikan pelindung. Menutupi badan dari leher sampai dengkul.

Jalanan pun tidak ramai. Takada kerumunan pula.

Namun, tetap saja ia diciduk. Undang-undang sudah ada, tidak boleh lagi diobok-obok.

Undang-undang pornografi dibuat agar warga +62 tidak boleh main asal pajang aurat. Dampaknya panjang, tentu tidak baik.

Baca juga: Mungkin Kita Harus Belajar dari Pariman

Tapi, seberapa kenceng aksi Dinar Candy hingga bisa bikin Engkong ngenceng, itu masalah pribadi.

Tiga puluh tahun yang lalu, seorang kawan kuliah menelpon saya. Isinya ajakan menonton pawai telanjangan di kampus sekolah.

Kala itu, Acek masih kuliah di Amerika. Festival di kampus itu adalah bentuk dukungan kepada kaum LGBT.

Bagi remaja yang masih ting-ting, jelas aksi semacam ini bisa bikin diri bergeming. Membayangkan para gadis cantik tanpa busana, otong mana yang tidak berdering.

Jangan bayangkan ada huru-hara. Atau ramai penonton. Acek dan teman-teman yang duduk di pinggir jalan menanti kehadiran mereka akhirnya malu sendiri.

Lucunya lagi, ketika rombongan bahenol yang melintas melambaikan tangan, Acek tidak merasakan apa-apa. Pun kawan yang ditanya, mengaku tidak ngenceng.

Jangan salah paham ya, sampai hari ini Acek masih perkasa. Dan mampu minum susu tiga kali sehari.

Baca juga: "Su Nu Jing" Kitab Seks yang Lebih Kamasutra dari Kama Sutra

Apa yang terjadi?

Siapa pun tahu jika rangsangan ereksi itu tidak datang dari satu sisi saja. Mereka yang melihat langsung aksi Candy Dinar tentu takada yang langsung liuran.

Tersebab ngenceng memang adalah proses yang sulit. Perlu kerja sama yang baik dari otak, otot, saraf, pembuluh darah, hormon, dan juga emosi.

Dimulai ketika seorang pria mendapat rangsangan seksual. Setelah itu barulah otak yang memutuskan, apakah rangsangan itu pantas mendapat apresiasi bagi si otong.

Jika iya, maka saraf akan memerintahkan pembuluh darah melebar agar darah bisa mengalir dengan deras. Begitu darah sampai ke penis, maka bagaikan balon, ia akan mengeras dengan sendirinya.

Baca juga: Serba-serbi Masturbasi, Usap-usip Buah Manggis yang Bikin Meringis

Lantas bagaimana otak memberikan apresiasinya kepada si otong?

Sekali lagi, ini masalah pribadi. Setiap orang punya persepsi terhadap rangsangan. Ada yang suka bodi kurus, ada pula yang lurus-lurus saja. Artinya apa pun bodi istri, pasti seksi adanya.

Itu pun harus dengan suasana tepat. Makan malam romantis bersama akan bikin terangsang cepat. Kalau pun tidak mempan, mungkin kata-kata maksiat bisa bikin niat.

Ini pun masih belum tentu mencuat. Coba japrilah Acek, seribu tip dan trik akan muncrat ke gawaimu.

Jalan terakhir adalah resep obat kuat. Dari ramuan tradisional hingga yang tersedia di apotik.

Baca juga: Mengenang Mak Erot, Mengenal Ukuran Normal Alat Vital Bapakmu

Artinya, otak tidak semudah itu memberikan apresiasi. Toh, kalau ia mau, belum tentu badan kamu bisa menerimanya. Makanya ada istilah disfungsi ereksi. Itu yang paling ditakuti oleh para pria.

Stress, depresi, kecemasan, kekhwatiran, bahkan ketakutan akan siap menghantui. Merekalah yang menjadi faktor utama kegagalan proses pengibaran otong.

Belum lagi kondisi kesehatan yang bisa menghambat. Sebutkanlah tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, sindrom metabolik, gagal ginjal, penyakit jantung, cedera jaringan tubuh, dan puluhan lainnya.

Anggaplah semuanya beres. Anda masih dihadapkan dengan masalah lain. Jangan pikir ereksi hanya sekedar kuat dan keras.

Dilansir dari Halodoc, ada tiga jenis ereksi yang masuk dalam kategori "masalah," yakni: 1) Ereksi yang kurang kokoh, 2) Ereksi yang tidak terlalu lama, dan 3) Ereksi yang keseringan.

Cilakanya, meskipun si otong tetap bertampang kekar, ketiga jenis ereksi tersebut juga disebut sebagai jenis disfungsi ereksi.

Sudahlah, tak usah diperpanjang lagi. Tulisan ini hanya bermaksud berkata jika ereksi itu tidak mudah. Si otong tidak seperkasa seperti yang terlihat di film-film dewasa.

Baca juga: Mengapa Film Bokep Berwarna Biru, Siapa yang Hiruk-pikuk, dan Negara Mana yang Haru-biru

Kembali kepada kasus Dinar Candy. Tentunya bukan hanya tentang rangsangan seksual saja.

Masih banyak faktor lainnya. Soal tata-krama, urusan sopan-santun, praktik simbolisasi, masalah politik, dan masih banyak lagi. Tapi, saya tidak akan membahas tentang itu.

Kendati saya masih bingung, apakah pada saat pandemi masih berkutat, PPKM masih darurat, apakah otong masih bisa menguat?

Kalau tidak, ngapain rebut-ribut ya?

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun