Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Indonesia Kena Prank, Jejak "Mukidi" dari Masa ke Masa

5 Agustus 2021   04:06 Diperbarui: 5 Agustus 2021   04:08 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Indonesia Kena Prank, Jejak Mukidi Dari Masa ke Masa (nu.or.id)

Hingga saat ini warga +62 masih antara sadar dan tidak sadar. Mereka (mungkin) barusan kena prank.

Uang 2T yang diiming-imingi oleh keluarga Akidi Tio tidak kunjung cair juga. Heriyanti Tio, anak bungsu Akidi status hukumnya pun masih belum jelas juga.

Jelas ini bukan prank jika sumbangan 2t tersebut benar-benar cair. Namun, jika dilihat dari perkembangannya, optimisme susah dipertahankan.

Gubernur sampai tokoh nasional merasa akal sehatnya dilecehkan. Bagaimana mungkin orang yang seharusnya pintar bisa mempercayai sebuah kebohongan.

Jalan cerita yang dikarang Heriyanti Tio serasa masuk akal. Bahwa banyak pengusaha Tionghoa yang punya duit banyak. Mereka menyimpannya di Singapura.

Tapi, ternyata aksi ngeprank ini sudah sejak dulu kala. Kisah yang beredar membuat hati was-was. Pikiran yang waras pun membuas. Harapan besar pun meluas.

Raja Idrus dan Ratu Markonah

Kejadiannya di tahun 1950. Kedua Raja dan Ratu ini disambut sebagai tamu penting di Istana Kepresidenan.

Mereka mengakui sebagai keluarga kerajaan suku Anak Dalam di wilayah Lampung. Mirip kerajaan Wakanda Forever ala Black Panther. Masuk akal!

Tujuannya untuk menyokong kedaulatan negara Indonesia. Sumbangan harta benda mampu mendanai revolusi untuk merebut kembali Irian Barat dari Belanda.

Media pun menyorotinya, Raja Idrus tampil berkacamata hitam. Ratu Markonah memang mirip Ratu.

Tapi, tidak pakai lama identitas mereka terkuak. Bahasa dan logat Jawa susah dihilangkan. Idrus adalah tukang becak, dan Markonah adalah PSK. Asal mereka dari Jawa Tengah.

Motif? Tidak dijelaskan. Tapi, dalam penelusuran di Kompas.com, disebutkan jika Raja Idrus diciduk karena menggunakan nama TNI untuk memeras sejumlah pengusaha di Lampung (09.08.1968).

Ratu Markonah juga ditangkap atas kasus prostitusi di Pekalongan (21.08.1968)

Harta Karun Menteri Agama

Ada harta karun di bumi pertiwi. Isinya bisa melunasi selururuh utang negara. Bentuknya emas batangan. Sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran. Letaknya di bawah Prasasti Batutulis, Bogor.

Mungkin jika kabar yang beredar hanya seputaran medsos, tidak ada yang mempercayai. Tapi, ini berasal dari mulut Menteri Agama kala itu, Said Aqil Husin. Media pun meliputinya.

Syahdan, penggalian pun dijalankan atas rekomendasi sang Menteri. Urusan ini jadi polemik. Protes datang dari mana-mana. Termasuk warga yang keberatan.

Hingga akhirnya Said Aqil dipanggil Menko Kesra Jusuf Kalla di kantornya. Said Aqil disuruh hitung.

Jumlah utang negara di awal 2000an kurang lebih 1.500 tiriliun. Emas segram waktu itu Rp.250.000,-. Untuk melunasi utang pemerintah, 6.000 ton emas batangan dibutuhkan.

Seandainya emas batangan tersebut ditemukan, maka dibutuhkan jejeran truk sepanjang 5 kilometer.

Tidak disebutkan dari mana Menteri Said Aqil mendapatkan informasi. Yang jelas ia kena prank.

Cut Zahara Fona

Harta karun bukan satu-satunya yang membuat warga +62 gelap mata. Kekuatan Ilahi juga.

Di era Soeharto, Wapres Adam Malik kena prank. Cut Zahara Fona namanya. Ia mengaku janin di tubuhnya bisa bicara, bahkan mengaji.

Menteri Agama bahkan memberi komentar di media massa. Sontak Cut Zahara bagai dewi. Orang pada antri dan mendengarkan sang janin mengaji. Dan memang betul! Semua orang mendengarkannya.

Media massa makin riuh, dan orang-orang menjadi lebih beriman. Para Kyai dan Ulama tak mau kalah. Mereka menyatakan mendukung fenomena gaib tersebut. Kun Fayakun; Jadilah, maka terjadilah.

Kecuali Dr. Herman Susilo. Ia hanyalah Kakanwil Kesehatan DKI. Ia berpendapat bayi dalam kandungan belum bisa buka mulut. Mustahil mengeluarkan suara.

Namun, ia justru mendapat ancaman pembunuhan. Sebabnya menyebarkan keraguan terhadap keyakinan akbar.

Hingga waktu yang berbicara. Tim dokter RSPAD, IDI, Polri, sampai Kejaksaan Agung turun tangan.

Hasilnya: 1) Tidak ada janin di rahim Cut Zahara. 2) Suara mengaji berasal dari tape recorder yang disembunyikan dalam pakaiannya.

Air Biru Buat Bensin

Kasus ini terjadi di era presiden SBY. Namanya adalah proyek Banyu Geni. Kehebatannya menggunakan air sebagai bahan bakar. Nama yang lebih keren lagi: Blue Energy.

Tapi, yang membuatnya mentereng, karena Presiden SBY merestui proyek tersebut dijalankan.

Teorinya masuk akal. Hidrogen terdapat dalam air. Hidrogen bisa digunakan sebagai bahan bakar. Tapi para petinggi lupa jika hidrogen harus disenyawakan dulu dengan karbon dan oksigen. Urusannya masih panjang!

Joko Suprapto-lah yang disebut sebagai pemilik ide brilian. Ia meminjam lokasi di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memasang instalasinya.

Ternyata setelah dicek, instalasi yang dimaksud hanya berupa kotak kecil yang berisikan kabel-kabel tidak jelas gitu.

The Next Habibie

Namanya Dwi Hartanto. Pendidikanya keren, kandidat doktor Kedirgantaraan Universitas TU-Delft, Belanda.

Bak mengulang kisah masa lalu BJ. Habibie, Dwi memiliki segudang prestasi di bidang aeronautika. Sontak warga se+62 bergetar.

Kompetisi riset teknologi penerbangan bergengsi di Jerman diikutinya. Ia keluar sebagai pemenang mengalahkan para ahli dari Amerika, Eropa, dan negara Asia lainnya.

Judul risetnya keren: Lethal Weapon in the Sky. Sekilas mirip-mirip senjata Iron Man. Lebih beken lagi: Dwi dan timnya sudah ada patennya.

Akhirnya semua terbongkar. Entah karena merasa bersalah atau takut KUHP, Dwi pun mengaku jika itu tak lebih dari sekadar prank.

**

Prank seolah-olah sudah menjadi tradisi dadakan. Harus ada setelah banyak yang tertipu. Tapi, tetap tidak ada kapok-kapoknya.

Dari Sunda Empire, Obat Covid Hadi Pranoto, wajah bengkak Ratna Sarumpaet, hingga motor M.Nuh. Semuanya menghebohkan dan terasa nyaman dikonsumsi publik.

Lantas mengapa tidak ada kapok-kapoknya? Karena semuanya terasa masuk akal.

Mengapa?

Karena rasa frustasi membutuhkan kabar baik. Apa pun bentuknya. Terutama jika melibatkan uang 2T. Terasa masuk akal.

 

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun