Hanya untuk belanja dan bekal anak di sana. Uang sekolah pun masih dikirim dari Indonesia. Yang pasti tidak sampe 2T.
Nama saya dan istri tertera di tengah tulisan "or." Hingga sang petugas bank berkata;
Cara yang terbaik adalah menambahkan nama anak pada rekening tersebut. Tersebab jika kedua orangtua meninggal, sang anak akan membutuhkan proses yang sangat panjang untuk mencairkannya.
Sang petugas bank bahkan berseloroh. "Kalau Anda meninggal, jangan dulu bilang ke kami. Tunggu sampai anak Anda menguras isinya melalui ATM."
Karena jika sang empunya rekening sudah meninggal, maka ATM pun akan diblokir. Masuk akal. Tersebab Singapura memang negara Kia-su. (penuh perhitungan). Â
Surat wasiat? Bisa saja, tapi orang sehat biasanya alergi wasiat. Padahal kematian bisa datang kapan saja. Pesawat jatuh hingga kepala bonyok kena durian runtuh.
Jadi, cara yang teraman adalah menggunakan sebanyak-banyaknya nama pada tabungan. Itu mungkin yang tidak sempat dilakukan Akidi. Padahal memang mungkin uangnya banyak.
Yang bikin kaget saya lagi, sang petugas bank berkata sambil berseloroh; "Banyak mayat orang asing (non-Singapura) yang kaya-kaya di sini."
Termasuk orang Indonesia. Teori Akidi kembali masuk akal. Meskipun 2T susah diterima akal.
Tidak perlu jauh-jauh punya duit sampai ke Singapura. Di Indonesia pun banyak kasus yang sama. Malas menjelaskan, kalau mau tahu caranya, sila klik artikel di Kompas.com ini.
Jadi, sebaiknya jangan pelit. Gunakanlah nama bersama istri pada rekeningmu. Kecuali itu buat selingkuhan.