Perasaan saya tersayat-sayat setiap kali membaca tulisang Engkong (baca:Â Felix Tani). Bukan pada isinya yang sambit sana, bacok sini. Tapi, pada kolom komentar.
Adalah Pak Tjiptadinata. Siapa yang tak kenal beliau. Dedengkot K, panutan milenial, dan seniornya kolonial.
"Saya sudah setahun tidak dapat label AU, tetap saja menulis."
"Saya sudah ribuan artikel, dulu sering AU, sekarang sudah kalah sama penulis muda."
Ini dua kutipan yang bikin bawang takada apa-apanya. Hati tersayat, wajah pucat, dan tubuh serasa di akhirat.
Perasaan ini hanya bisa disaingi oleh tomat Mba Ari B. "Kirim pertanyaan dengan santun, hanya dua centang biru tanpa balasan."
Pun saya heran dengan perilaku Engkong Felix. Sambit sana, bacot sini. Harusnya bisa perkasa jika yang dihadapi hanya Mimin K seorang diri.
Lagipula, ia sudah mendapat jimat kebal dari Acek Rudy. Itu sudah dibuktikan oleh omongan Pak Tjiptadinata;
"Hanya Pak Felix yang punya kesaktian, merisak Admin K tanpa dicabut labelnya,"Â demikian ujar Pak Tjip.
Entah apa yang terjadi dengan Engkong. Reputasinya hancur dalam waktu semalam. (Malam sebelumnya masih bisa ngenceng).
