Artinya, penulis harus mampu beradaptasi dengan keinginan pembaca. Menjadi penulis yang fleksibel akan mampu menguji daya tahanmu di Kompasiana.
Kekecewaanku;
Daeng Khrisna sedang ada di Jeneponto. Dua jam dari Makassar. Ia lagi sibuk mempersiapkan acara akbar Festival Turatea.
Ia telah berjanji untuk memberikan kursus menulis bagi anak-anak muda dalam organisasi yang aku ayomi. Mumpung Daeng lagi di Makassar, kesempatan emas.
Setelah berulang kali kusampaikan kepada anak-anak muda tersebut, hampir sebulan kemudian baru perkaranya jelas.
Banyak di antara mereka yang enggan menulis karena;Â tidak punya hobi, tidak percaya diri, hingga yang terparah: Vlogging lebih keren dari blogging.Â
Selanjutnya adalah urusan saya memberi mereka pemahaman tentang manfaat menulis. Tidak perlu saya jelaskan di sini.
Apakah Anda setuju dengan pernyataan anak-anak muda tersebut? Jika tidak, hanya ada satu cara;
Tetaplah menulis hingga akhir hayatmu. Berapa pun usiamu, apapun latar belakangmu.
Karena jika generasi muda sudah kehilangan minat menulis, maka catatan sejarah bangsa ini akan terhenti.
Idealisme akan tersumbat, dan hasil karya hanya sekedar cuitan ringan di media sosial. Untung-untung bukan makian!
Jadi, daripada mengharapkan AU dan Pilihan, mending tetap menulis dan menulis! Lama kelamaan satu juta pembaca juga akan tercapai. Itu aja sih!