Fim Black Widow besutan MCU (Marvel Cinematic Universe) baru saja dirilis. Mengisahkan tentang sepak terjang solo Natasha Romanoff yang diperankan oleh artis Scarlet Johansson.
Dikisahkan mengenai masa kecil Natasha dan adiknya Yelena, yang penuh misteri.
Mereka merupakan bagian dari program Black Widow, yakni sekelompok gadis muda yang diculik sejak kecil untuk dijadikan pembunuh andalan dalam sebuah program yang bernama Red Room.
Konsep Black Widow mengandung tiga kata kunci, yaitu; Prajurit elit, Wanita, dan Rusia. Tentu konsep ini tidak datang begitu saja. Tersebab Rusia (dulunya Soviet) adalah negara yang memiliki ketiga kata kunci tersebut.
**
Adalah pasukan khusus Rusia yang bernama Spetsnaz. Anggotanya semua wanita. Saking berbahayanya, sehingga mereka diberi julukan Fatal Beauty.
Meski tidak sedramatisir pasukan Black Widow, tetapi tidak kalah terkenal.Â
Para Spetsnaz ini juga menjalani latihan yang termasuk brutal. Bukan hanya keahlian tempur, tapi juga fisik dan mental yang melebihi standar umum militer.
Awalnya Spetsnaz hanya dikhususkan kepada kaum lelaki saja. Tapi, sejak 2008 pasukan khusus wanita akhirnya dibentuk.
Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah karena banyaknya bibit-bibit wanita pejuang yang terkenal selama masa Perang Dunia II (PD II) melawan NAZI.
Rusia memiliki 650.000 pasukan wanita yang bertempur tanpa gentar berdampingan dengan para pria. Mereka terbagi dalam beberapa satgas, seperti pasukan infanteri, pilot tempur, penembak jitu (sniper), hingga pasukan khusus.Â
**
Salah satu "black widow" yang paling terkenal adalah Lyudmila Pavichenko. Ia adalah sniper legendaris yang selama periode PD II.
Prestasinya tidak main-main, 309 nyawa tentara NAZI hanya dalam hitungan bulan saja. Saking terkenalnya sehingga Lyudmila diberi julukan "Lady Death."
**
Semuanya bermula Ketika Hitler melancarkan operasi Barbarossa pada Juni 1941. Aksi militer tersebut menghancurkan sejumlah bangunan di wilayah Soviet. Tidak terkecuali kampus Universitas Kiev, tempat Lyudmila menuntut ilmu.
Diserang Jerman, rakyat Soviet bersatu-padu. Banyak dari mereka yang mendaftarkan diri menjadi personil militer, termasuk Lyudmila.
Awalnya ia ditempati sebagai perawat, tapi Lyudmila menolak. Sejak kecil ia adalah gadis tomboy dan senang berkompetisi dengan para lelaki.
Lyudmila juga aktif dalam kegiatan olahraga menembak dan pernah mengenyam pendidikan di Akademi Sniper.
Syahdan, Lyudmila pun ditempatkan di garis depan, bergabung dengan Divisi Senapan Chapayev ke-25 sebagai Sniper. Awalnya, karena minimnya senjata, Lyudmila hanya diberikan sebuah granat.
Hingga suatu waktu, salah satu rekannya luka tertembak. Ia pun menyerahkan senjata miliknya ke Lyudmila.
Korban pertama Lyudmila adalah dua tentara Romania yang sedang menggali lubang perlindungan. Setelah mendapatkan izin menembak, ia pun menghabisi kedua serdadu tersebut.
Lyudmila menggambarkan momen tersebut sebagai momen pembaptisannya.
Sejak saat itu, prestasi Lyudmila semakin meroket. Hanya dalam kurun waktu sebulan ia telah berhasil membunuh 100 pasukan musuh. Pangkat Sersan Senior dengan cepat diraihnya.
Semuanya diperoleh berkat kerja kerasnya. Berangkat dari kamp pada tengah malam, berbaring tanpa bergerak selama 15 jam menunggu sasaran.
"[...] yang saya rasakan hanyalah kepuasan, sebagaimana perasaan seorang pemburu yang berhasil menjatuhkan mangsanya," ungkap Lyudmila menggambarkan momen tugasnya di garis depan.
Kisah pertempurannya yang paling menegangkan adalah ketika Lyudmila harus berduel dengan sniper jerman. Pertempuran tersebut berlangsung selama tiga hari dan dimenangkan oleh Lyudmila, karena musuhnya melakukan gerakan "terlalu banyak."
Nama Lyudmila tidak hanya terkenal di kalangan Soviet saja, musuh pun sangat takut padanya. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Jerman mencoba membujuknya untuk beralih ke pihak mereka.
Tidak main-main. Pihak Jerman menjanjikan pangkat perwira, jika Lyudmila ingin bergabung.
Namun, karena Bujukan Jerman tidak berhasil, mereka malah balik mengancam Lyudmila;
"Kalau kami berhasil menangkapmu, tubuhmu akan kami koyak menjadi 309 bagian." Angka 309 sebagai tanda bahwa pihak Jerman menyadari prestasi Lady Death.
Total pengabdian Lyudmila di Divisi Senapan Chapayev ke-25 hanya setahun saja. Pihak Rusia menyadari jika gadis ini adalah aset negara. Sayang jika dibiarkan mati terbunuh.
Selanjutnya, Lyudmila memiliki tugas baru. Menggalang dukungan dari dalam maupun luar negeri.
Pada Tahun 1942, Lyudmila ditugaskan berkeliling Amerika dan Kanada untuk menarik dukungan membantu Rusia melawan Jerman.
Di Amerika Serikat, Lyudmila menjadi warga negara Rusia pertama yang diterima oleh Roosevelt, Presiden AS kala itu beserta ibu negara di Gedung Putih.
Lyudmila memiliki sejumlah agenda untuk berbicara di depan pers dan orang-orang penting AS tentang pengalaman perangnya.
Orang Amerika menyukai pahlawan. Jelas, Lyudmila mendapatkan sambutan hangat di sana. Salah satu pidatonya yang paling fenomenal adalah ketika ia berada di Chicago;
"[...] Saya masih berusia 25 tahun ketika sudah membunuh 309 fasis. Tidakkah kalian berpikir, bahwa kalian sudah terlalu lama bersembunyi di belakangku?"
Sontak suasana hening dalam ruangan berubah gemuruh dengan pekikan dan tepuk tangan.
Dunia mode Amerika pun tidak ingin ketinggalan. Banyak wanita AS yang mempermasalahkan seragam Lyudmila yang dianggap tidak modis.
Lyudmila hanya menjawab dengan sinis;
"Seragam ini sudah berlumuran darah, saya harap Anda merasakan serangan bom sebelum berkomentar lebih jauh," pugkas Lyudmila kepada seorang wartawan.Â
Meskipun tidak ada dukungan yang datang dari dunia barat, misi Lyudmila dianggap berhasil. Pemerintah dan publik Rusia menganggap Lyudmila telah berhasil menaikkan derajat tentara dan wanita Rusia di hadapan orang-orang Amerika.
Lyudmila pun dianugrahi Bintang Emas Pahlawan Uni Soviet dan pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor.Â
Usai perang, Lyudmila menyelesaikan studi doktoralnya yang sempat tertunda di Universitas Kiev. Ia menjadi Sejarawan.
Yang lebih mengejutkan, ternyata kunjungannya ke Amerika Serikat telah memberikan kesan tersendiri bagi Eleanor Roosevelt, ibu negara AS. Mereka berdua akhirnya menjadi sahabat.
Pada tahun 1957, ketika perang dingin telah dimulai, Eleanor Roosevelt masih sempat bertandang ke Soviet hanya untuk mengunjungi Lyudmila secara diam-diam
Lady Death meninggal pada tahun 1974 di Moscow, Rusia. Ia terkena stroke karena depresi pasca trauma dan kecanduan alkohol. Usianya kala itu baru menginjak 58 tahun. Masih sangat muda bagi seorang Black Widow untuk berkarya bagi negaranya.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H