Ternyata band ini menjadi kesayangan Soekarno. Ia selalu memuji penampilan mereka, dan tidak pernah lagi kepincut dengan band yang didatangkan dari luar istana.
Band ini seolah-olah dibentuk untuk kepentingan Soekarno sendiri. Tidak untuk umum, terkecuali acara yang dilaksanakan oleh anggota pengawal sendiri. Itu pun harus atas izin Soekarno.
Band ini tidak saja hanya beraksi dalam negeri. Mereka pun sudah malang melintang ke luar negeri, mengikuti jejak perjalanan sang bapak.
Wakil Komandan Tjakrabirawa, Maulwi Saelan pernah mengisahkan perjalanannya ke Roma, Italia.
Sewaktu acara makan malam atas undangan seorang kaya terpandang di Italia, Soekarno dan rombongannya diajak memasuki sebuah aula. Di sana para tamu melepas kepenatan dengan berpesta dan berdansa.
Sebagai pembuka, musisi Italia melantunkan lagu berirama Waltz. Semua orang mulai berdansa, kecuali Soekarno yang tampak gelisah berbincang dengan tuan rumah.
Setelah acara pertama selesai, sontak Bung Karno langsung meminta grup bandnya untuk "mengkudeta" para musisi Italia. Jadilah irama cha-cha mengiringi lenso yang digandrungi Soekarno.
Band asal Italia itu tidak pernah lagi tampil pada malam tersebut. Soekarno menguasai panggung dengan grup band andalannya.
Soekarno memberikan nama Die Brul Apen. Artinya Monyet yang Terus Mengerang. Kendati Soekarno sangat mengagumi band besutannya, tidak berarti para pemain band itu senang.
Mereka kadang mengeluh satu sama lain, betapa bosannya memainkan satu irama musik selama berjam-jam. Tapi, itulah perintah Bung Karno; Cha-cha atau tidak ada.
Sejak saat itu, muncullah istilah Asal Bapak Senang alias ABS. Suatu waktu, ketika Soekarno baru saja selesai bertemu dengan para mahasiswa, acara ramah-tamah pun dimulai.