Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asal Mula Istilah "ABS", Perintah Soekarno hingga Tari Lenso

10 Juli 2021   10:47 Diperbarui: 10 Juli 2021   10:48 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asal Mula Istilah ABS. (Foto: Repro Memoar Mangil Martowidjojo, 'Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967') nasional.okezone.com

Istilah Asal Bapak Senang (ABS) sekarang sudah jamak membahana. Konotasinya agak negatif, mengartikan penjilatan kepada atasan.

Namun, tahukah kamu jika penggalan kata ini sebenarnya tidak seburuk citranya?

Semua dimulai ketika Soekarno selesai makan siang bersama Duta Besar AS, Howard Jones di Cipanas. Kala itu Soekarno memanggil Mangil Martowidjojo, komandan Datasemen Kawal Pribadi (DKP).

Tujuannya untuk menghibur tamu yang sedang dijamu. Jadilah Mangil mengumpulkan anak buah ala kadarnya. Apa saja yang bisa dijadikan alat musik pun dipukul. Yang penting bersuara dan ada iramanya.

Soekarno memang menyenangi tarian lenso. Ia kemudian bersama Hartini, Howard, istrinya dan seluruh peserta yang hadir menari lenso. Semuanya berlangsung meriah.

Namun, kegembiraan hanya terjadi setelah acara selesai. Sesudah para tamu bubar, masalah baru pun muncul. Semua alat dapur yang dipinjam dari tetangga penyok-penyok.

Sebagai Komandan DKP, Mangil tentunya sigap. Peralatan dapur diganti, peralatan musik senantiasa mendampingi. Kendhang pun selalu berada pada daftar inventaris peralatan yang harus selalu ada, dimana pun Bung Karno berada.

Atas inisiatif lanjutan Mangil, ia pun membentuk grup band sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab DKP, melindungi hati Soekarno yang sedang galau.

Band tersebut dipimpin oleh Iskandar Winata, mantan Mayor Polisi. Isinya adalah satu korps militer yang pandai menyanyi dan bermain musik.

Peralatan band pun dibeli sendiri, kecuali drum yang disumbangkan oleh pengusaha Hasjim Ning, kemenakan Bung Hatta.

Semua lagu kesayangan Soekarno dipelajari dengan sigap, siap menunggu perintah yang keluar dari mulut Sang Presiden.  

Ternyata band ini menjadi kesayangan Soekarno. Ia selalu memuji penampilan mereka, dan tidak pernah lagi kepincut dengan band yang didatangkan dari luar istana.

Band ini seolah-olah dibentuk untuk kepentingan Soekarno sendiri. Tidak untuk umum, terkecuali acara yang dilaksanakan oleh anggota pengawal sendiri. Itu pun harus atas izin Soekarno.

Band ini tidak saja hanya beraksi dalam negeri. Mereka pun sudah malang melintang ke luar negeri, mengikuti jejak perjalanan sang bapak.

Wakil Komandan Tjakrabirawa, Maulwi Saelan pernah mengisahkan perjalanannya ke Roma, Italia.

Sewaktu acara makan malam atas undangan seorang kaya terpandang di Italia, Soekarno dan rombongannya diajak memasuki sebuah aula. Di sana para tamu melepas kepenatan dengan berpesta dan berdansa.

Sebagai pembuka, musisi Italia melantunkan lagu berirama Waltz. Semua orang mulai berdansa, kecuali Soekarno yang tampak gelisah berbincang dengan tuan rumah.

Setelah acara pertama selesai, sontak Bung Karno langsung meminta grup bandnya untuk "mengkudeta" para musisi Italia. Jadilah irama cha-cha mengiringi lenso yang digandrungi Soekarno.

Band asal Italia itu tidak pernah lagi tampil pada malam tersebut. Soekarno menguasai panggung dengan grup band andalannya.

Soekarno memberikan nama Die Brul Apen. Artinya Monyet yang Terus Mengerang. Kendati Soekarno sangat mengagumi band besutannya, tidak berarti para pemain band itu senang.

Mereka kadang mengeluh satu sama lain, betapa bosannya memainkan satu irama musik selama berjam-jam. Tapi, itulah perintah Bung Karno; Cha-cha atau tidak ada.

Sejak saat itu, muncullah istilah Asal Bapak Senang alias ABS. Suatu waktu, ketika Soekarno baru saja selesai bertemu dengan para mahasiswa, acara ramah-tamah pun dimulai.

Bambang Widjarnako, ajudan utama presiden pun dengan lantan meneriakkan, "Ayo ABS mulai."

Soekarno sempat terheran-heran dengan ucapan Bambang. Namun, ketika ditanya, Bambang hanya menjawab singkat, "Kode buat nama band, Pak."

Soekarno tidak bertanya lagi dan tak pernah menghirauknnya. Mungkin sampai ia wafat, istilah ABS itu pun tak pernah diketahuinya.

Hingga mulai pada tahun 1966, ketika politik Indonesia mulai bergelora. Entah siapa yang memulai, kata-kata ABS sudah banyak tersebar di berbagai media. Semuanya berbau politik yang cenderung menyudutkan Soekarno, hingga ke pemimpin-pemimpin berikutnya.

Saat ini, istilah yang begitu terkenalnya ini sudah masuk dalam daftar akronim KBBI sejak tahun 1988.

 

Referensi: 1 2 3 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun