Ternyata benar, bulu ketek bagi wanita adalah hal yang wajar. Dari hasil penelusuranku, aku pun mendapatkan artikel tren artis Indonesia berbulu ketek tebal.
Eva Arnaz adalah bom seks. Ia telah berperan di lebih dari 40 judul film. Kebanyakan adalah film panas. Ia pun mendapat julukan si bomseks dari Indonesia.
Konon, banyak keluarganya yang tidak setuju dengan adegan syurnya. Namun, tidak satu pun yang mempermasalahkan bulu ketiaknya yang menjuntai dalam setiap adegannya.
Itu terjadi di era 70-80an. Bulu ketiak pada artis wanita lumrah adanya. Bahkan dijadikan sebagai tren kecantikan di zaman bapakmu.
Sebelum masa Eva, adalah artis terkenal bernama Dally Damayanty. Pada tahun 1973, ia memulai karirnya sebagai peragawati. Karirnya langsung melejit dan mendapat permintaan show hingga keluar negeri.
Tampil seksi dengan bikini di sejumlah media, hingga menjadi bintang reklame produk vitsin, tawaran jadi artis pun diterimanya. Semuanya diladeni dengan bulu ketek.
Media di masa itu pun sesumbar. Bulu ketiak adalah sex appeal dan juga azimat Dally Damayanty.
Namun, bukan Eva atau Dally yang menjadi ikon bulu ketiak. Di antara semua artis, adalah Yana Schurman. Ia adalah seorang model yang hanya bermain dalam satu film saja, Pat Gulipat (1973).
Media massa memuat foto Yana dengan bulu keteknya yang tebal. "Pantas dijuluki Ratu Ketiak. Seksi terlihat dan pantang dicukur sejak lahir."
Bulu ketiak adalah alami. Ia pantas tersaji di tempatnya. Bagaikan kumis dan brewok, adalah masalah pilihan bagi seseorang untuk memelihara, atau mencukurnya.
Sayangnya, wanita dengan bulu ketiak terpampang, kerap dianggap "tidak normal." Atas nama kecantikan, semuanya harus dilibas.