Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lelucon Seks, Jangan karena Refleks, Semuanya Jadi Kompleks

9 Juli 2021   05:46 Diperbarui: 9 Juli 2021   06:00 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelucon Seks, Jangan Karena Refleks Menjadi Kompleks (bestfitonline.com)

Atas dasar pertemanan, lelucon kadang keluar bak air dari waduk yang bocor. Bisa menimbulkan kepanikan dan bahaya bagi seisi penduduk kampung. Pun halnya dengan si kawan yang nyata-nyata bersalah.

Bagaimana kita seharusnya menyikapi?

Pertama; Sebisanya Dihindari

Bagi saya sendiri, sebisanya hindari guyonan seks dengan kaum hawa. Tersebab kita berada di Indonesia, dimana budaya patriarki dan aksi feminisme belum juga saling berjabat tangan.

Masyarakat Indonesia masih berjibaku dengan budaya patriarki. Baik pria maupun wanita Indonesia belum terlalu melek dengan masalah kesetaraan gender. Istri wajib memenuhi syarat dan hasrat lelaki, sementara para gadis masih harus menjadikan selaput dara sebagai standar kehormatan.

Pun demikian dengan nilai sebuah candaan. Menjadikan wanita sebagai objek seksual akan terasa tidak nyaman untuk standar umum orang Indonesia.

Sebaliknya, para wanita yang menjadikan objek seksual sebagai bahan lelucon, akan dianggap sebagai tidak pantas dan merendahkan.

Kedua; Jangan Mengomentari Fisik dan Kehidupan Pribadinya

Otak si kawan jelas masih terisi nilai patriarki. Ia dengan gamang menjadikan Juli sebagai bahan tertawaan. Sesuatu hal yang ia anggap lumrah jika bercanda dengan sesama lelaki.

Kendati si Juli telah berpikiran terbuka, ia tidak seharusnya dijadikan objek lelucon. Bagi saya, Juli memang senang dengan lelucon seks, tapi bukan tentang fisik dan kehidupan pribadinya.

Ketiga; Pahami konteks seksual antara pria dan wanita

Jika sampai lelucon seks telah beredar di tempat yang ada wanitanya, janganlah jadikan wanita sebagai objek lelucon seksual. Anda akan susah untuk membedakan candaan dan pelecehan.

Dalam candaan seksual, pria lebih sering berbicara terbuka, apa adanya, dan cenderung vulgar. Sementara wanita lebih suka menilik perangai unik, seperti anak puber yang ngebet, atau suami yang lugu di malam pertama.

Bayangkan jika kedua hal ini dicampur untuk sebuah subjek yang sama. Pria mungkin tidak merasa asyik, sementara wanita mungkin akan menjadi sensi. Kesalahpahaman akan sangat mudah terjadi.

Keempat; Jangan sampai menjadi lelucon seksis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun