Chang-chip terlebih dahulu meninggal akibat pneumonia pada tahun 1914. Ia kemudian dimakamkan di sebuah lokasi pemakaman di London, tanpa nama.
Ke-lima pelaut sisanya sempat bekerja di Inggris hingga tahun 1920. Namun demikian mereka harus berjibaku menjalani hidup yang tidak menyenangkan akibat resesi dan meletusnya sentimen anti-imigran.
Sebagai akhirnya, mereka kembali terusir dengan kebijakan anti-imigran yang dicetuskan oleh pemerintah Inggris, kendati sebagian dari mereka telah menikahi wanita Inggris dan memiliki anak.
Ah-lam dideportasi ke Hong Kong, Ling-hee pergi ke India, Lee-bing ke Kanada, dan Fang-lang akhirnya menjadi warga negara AS, setelah sudah pernah diusir.
Fang-lang sendiri akhirnya meninggal dunia pada 1985 di usianya yang ke-90. Selama kembali ke AS, Fang-lang dengan erat menutup identitasnya sebagai penyintas Titanic.
Tom Fong anaknya bahkan baru mengetahui kisah Titanic dan ayahnya selang 20 tahun setelah Fang meninggal. Ia tanpa sengaja diberitahukan oleh sanak saudara jauhnya yang mengetahui hal tersebut.
Tom menduga alasan ayahnya merahasiakan identitasnya karena masalah trauma dan stigma. Ia telah dituduh macam-macam tanpa bisa memberikan bantahan.
"Ada banyak informasi bahwa mereka diam-diam masuk ke bawah kapal, dan berpakaian seperti perempuan. Cerita-cerita yang beredar pada masa itu," pungkas Tom.
Ketika Tim The Six melacak kisah ke-enam penyintas tersebut, mereka banyak terkendala dengan keengganan keluarga untuk berbagi. Tersebab stigma seabad yang lalu masih sangat membekas dalam diri mereka.
Untungya Tom Fong yang sekarang tinggal di Wisconsin, Amerika Serikat masih ingin berbagi.
Ia banyak bercerita bagaimana perlakuan diskriminasi yang ia dapatkan oleh ayahnya sewaktu masih hidup. Mulai dari julukan yang tidak pantas, perlakuan yang tidak menyenangkan, hingga perkelahian yang tidak perlu.