Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Lelucon Bapak-bapak ala David, Bedanya Apa dengan Lelucon Perjaka ala Oji?

4 Juli 2021   11:23 Diperbarui: 4 Juli 2021   11:31 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan Kompasianer David Abdullah membuatku tersinggung. Ia menyebutkan serangkaian karakteristik yang berhubungan dengan lelucon bapak-bapak (baca: dadjokes).

Salah satu yang bikin hati paling panas adalah;"kaum bapak terkadang sadar jika kualitas humornya semacam earphone tigapuluh ribuan, gampang putus alias amat buruk!"

Nah, mengapa aku tersinggung? Ada dua hal yang menjadi penyebabnya.

Yang pertama, harus diakui, aku adalah bapak-bapak. Yang kedua, earphone tigapuluh ribuan kualitasnya buruk. Jelas itu salah, karena saya tidak pernah menjual barang buruk dengan kualitas 30.000-an, termasuk earphone yang ada di tokoku. Eh...

Kembali kepada lelucon bapak-bapak. Aku sendiri belum pernah bertemu dengan David. Tapi, saya membayangkan dirinya sebagai seorang anak muda yang tidak lagi perjaka, eh, remaja.

Jelas, jalan hidup yang ia lalui akan mengarah ke satu tujuan nyata nantinya. Menjadi om-om senang. Jika memang demikian, maka suatu hari nanti, ia akan mengadu nasib dengan menjual earphone 30.000-an. Bedanya, kualitas David emang jauh lebih buruk dari punyaku.

Terminologi bahasa bapak-bapak itu jelas; a) Sudah beristri, b) Sudah punya anak, atau c) Dua-dunya salah - bisa jadi masih jomlo di usianya yang sudah memasuki puber kedua.

Secara psikologi dan fisiologi, bapak-bapak juga punya defenisi jelas; a) Sudah mulai ubanan (atau gundul), b) sudah mulai sakit pinggang, atau c) masih demem yang bening-bening.

Tapi, kalau lelucon bapak-bapak, defenisinya apa. Contoh Nyubit ama Nyusu Perawan itu bukan dari zaman saya lho. Itu asli milik Felix Tani yang sudah engkong-engkong dan jelas bukan bapak-bapak lagi.

Terus, jika lelucon itu diutarakan oleh Oji yang masih sibuk cari pasangan, apakah ia sudah termaksud bapak-bapak? Jika iya, artinya si Oji tukang bo'ong. Mengaku jomlo, mau cari anak perawan, tapi sudah a) ubanan, dan b) sakit pinggang.

Lebih lanjut, David juga berkata jika selera humor bapak-bapak itu sangat receh, garing, mirip rengginang yang akan terus menghantuimu.

Hai David, kemarin malam di tengah gempuran covid di tanah air, saya menyertakan rengginang sebagai salah satu menu sehat makan malam.

Jangan ketawa dulu. Makananan sehat itu rasanya hambar. Pun halnya dengan hidup suci. Sedikit dosa yang dicampur, mampu membuat jiwa yang sepi memberontak perih. Rengginang itu adalah kenyataan hidup. Ia menjelaskan bahwa dosa umat manusia tidak akan pernah bisa dihapuskan. Itulah lelucon bapak-bapak.

Batal dengan rengginang, David menghubungkan lelucon bapak-bapak dengan karya seni. Kepala baru saja membesar, muncul lagi pernyataan; "saking buruknya sampai-sampai jadi bagus."

Bayangkan, bagaimana rasanya diri setelah diangkat, eh, dibanting lagi. Hai Dave, perlu diketahui jika karya seni itu memang dimulai dengan sangat buruk.

Bandingkan "Patung David" karya Micheleangelo dari zaman renaisans. Awalnya sangat buruk, tersebab P***is yang ditonjolkan, sama sekali tidak gagah. Tidak berdiri kuat pada tempat terhormat.

Namun, para ahli sejarah mengatakan, sejak zaman Yunani Kuno, P***is yang tidak ereksi melambangkan kehormatan diri. Tidak akan ngeres hanya gegara kesambit buku stensilan Enny Arrow.

Nah, bapak-bapak pun demikian. Dijamin jika bukan karena kehormatan, maka ereksi adalah urusan yang keduapuluhan. Sementara Oji yang masih berusia duapuluhan, ceritanya beda.

Sampai di sini, saya masih bingung. Apa bedanya lelucon bapak-bapak dan lelucon pria perjaka? Selain di level Otong yang sudah saya jelaskan di atas, mungkin masih ada lagi.

Untuk itu, mari kita coba ulik secara sains. Pria perjaka adalah yang; a) belum kawin, 2) belum nikah, 3) masih terus menjomlo.

Nah, tidak ada batasan usia atas defenisi tersebut. Sementara istilah bapak-bapak akan terciptakan dengan sendirinya, jika ia sudah mencapai level rengginang yang melempem (baca: puber kedua).

Dengan demikian, bisakah aku menyimpulkan batasan antara dadjokes dan lelucon perjaka adalah dari sisi pengalaman? (seksual).

Jika iya, maka seharusnya Kamasutra yang sering aku anggit adalah bagian dari dadjokes. Sementara lelucon perjaka adalah milik Oji yang masih sibuk berbenah diri, entah di mana.

Lantas, seperti apakah lelucon para jejaka? Kategorinya mungkin adalah sebagai berikut; a) tentang tata krama, b) tentang gula aren, c) tentang pandangan hidup, d) tentang amaran menahan nafsu, e) tentang sekolah, f) tentang buah, g) tentang bunga... dan ribuan lagi kisah kasih yang tak sampai.

Gak seru amat, ya...

Namun, tetap saja. Pada akhirnya si David dan Oji akan menjadi engkong. Itu adalah proses hidup. Sebagaimana lelucon bapak-bapak yang berdasarkan pengalaman hidup umum. Sangat "relateable" dengan keseharian lintas kasta dan usia.

Kendati murahan, bodoh, maksa, tetap ia harus ditertawai atas nama rasa hormat.

Itulah lelucon bapak-bapak. Ia akan selalu ada dan berada di sisimu, meskipun nyusu perawan juga diminati oleh para jomlo. Sayangnya, hanya kaum bapak-bapak saja yang lebih sanggup membelinya.

 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun