Nah, pada saat seseorang lahir, kondisinya terbentuk dari karma-karma (perbuatan) lama. Itulah yang disebut takdir.
Tapi, pada saat seseorang menjadi manusia, ia juga memiliki kehendak bebasnya (freewill). Kehendak bebas inilah yang akan menentukan nasibnya di dunia ini.
Seseorang yang terlahir dalam kondisi kurang beruntung, tidak akan selamanya hidup mengenaskan. Pun dengan anak orang kaya juga bisa jatuh miskin.
Baca juga: Mengapa Manusia Berbeda?
Bagaimana Menjadi Beruntung?
Karma masa lalu adalah tabungan. Terlepas apakah itu baik atau buruk. Ia bagaikan sekelompok bibit tumbuhan di tengah kebun yang luas.
Pohon-pohon ini ditanam dari perbuatan. Kemungkinannya adalah perbuatan baik akan menghasilkan pohon yang subur, demikian pula sebaliknya.
Namun, apakah ia akan berbuah, kita tidak tahu sampai ia menghasilkan. Pohon yang subur bisa saja tidak akan tumbuh. Demikian pula dengan pohon yang berbuah asam.
Banyak faktor pendukung. Bisa saja hama, kekeringan, atau terbengkalai. Cara yang terbaik adalah merawatnya setiap hari.
Tentunya kita ingin menikmati pohon yang berbuah kebahagiaan yang manis. Dengan demikian, seyognyanya pohon kebajikanlah yang harus kita rawat.
Baca juga: Penelitian Berkata, Tjiptadinata Effendi adalah nama yang hoki.
Menjaga Frekuensi yang Sama dengan Keberuntungan
Caranya adalah dengan tetap bersikap pada "frekuensi" yang sama. Berbuat kebajikan saat ini akan membuat pohon kebajikan tumbuh subur. Dari sanalah muncul keberuntungan.