Tentu teori ini tidak 100 persen benar, meskipun simulasinya dibuat semirip mungkin dengan kondisi dunia nyata.
Mereka yang "tidak terlalu pintar" tentu juga bukan yang sangat bodoh. Keberuntungan yang dimaksud di sini juga bukan seperti permainan togel.
Mereka yang dianggap "kurang pintar," ternyata memiliki karakter yang berbeda. Tidak terlalu berteori, tapi lebih sering bekerja. Tidak terlalu banyak pikir, tapi lebih berlogika.
Keberuntungan adalah Perpaduan Etos Kerja
Intinya, mereka melihat dunia sebagai sesuatu yang harus dilakoni, tanpa melihat statistik masa lalu ataupun prediksi masa depan. Melakukan apa yang harus dilakukan pada saat sekarang.
Keberuntungan disini adalah merupakan campuran yang paling ideal antara seluruh etos kerja manusia. Semuanya berada secara merata dalam diri orang mujur.
Dengan demikian, implikasi dari temuan ini adalah kabar yang menggembirakan, yakni; Setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi kaya.
Baca juga:Â Cara Merawat Pohon Kebajikan agar Tidak Menyalahkan Tuhan
Keberuntungan datang Secara Acak
Tidak ada yang tahu kapan kekayaan akan datang pada kita. Ada yang telah ada sejak lahir. Ada pula yang menjadi kaya sewaktu ia dewasa. Namun, ada juga yang kehilangan kekayaannya pada usia-usia tertentu. Semuanya terjadi secara acak.
Seiring waktu berjalan, kekayaan itu bagaikan pasir emas yang berada dalam sebuah kantong. Dalam perjalanan kita bisa mengumpulkannya, tapi kadang pula ia hilang tertiup angin.
Lantas, bagaimana kita bisa tahu kapankah keberuntungan akan datang pada kita?
Tabungan Masa Lalu
Penulis memiliki teori tersendiri. Menyalahkan Tuhan atas hasil ciptaannya adalah hal yang salah. Keberuntungan adalah hasil dari usaha. Bahkan jauh sebelum kita lahir.