Menjadi kaya adalah kerja keras, usaha, dan kecerdasan. Itulah yang sering didengungkan oleh para motivator. Bahkan oleh ayah yang ngototan.
Tidak ada yang mau mengatakan jika banyak uang karena hoki. Ia akan ditimpuk orang sekampung.
Tentu kekayaan datang dari proses, bukan duduk-duduk di rumah dan menunggu uang datang dari langit. Kecerdasan dijadikan modal utama atas sebuah takaran saldo di bank.
Nyatanya, tidak semua orang pintar, cerdas, jenius yang sukses yang menjadi kaya. Justru kadang para badung yang terlebih dahulu kaya.
Apakah ini adalah teori kebetulan? Ternyata tidak
Lebih dalam lagi, mereka yang masuk dalam kategori orang terkaya bukanlah orang yang paing pintar. Bill Gates tidak tamat kuliah, Hartono bersaudara bahkan tidak pernah kuliah.
Peneliti Italia bukanlah orang bodoh. Tapi, mereka berhasil membuktikan dengan simulasi komputer canggih bahwa orang terkaya bukanlah yang terpintar.
Mereka malahan berani menyatakan bahwa orang kaya adalah mereka yang paling beruntung.
Hoki juga Milik Orang Biasa-biasa Saja
Dalam stimulasi yang melibatkan 1000 partisipan dengan bermacam latar belakang, para peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kesuksesan berasal dari keberuntungan. Bukan dari teori dan strategi yang dimiliki banyak orang cerdas.
Di awal simulasi, semua orang memiliki modal yang sama, yaitu 10 unit. Permainan pun dilakukan selama 40 tahun imajiner untuk melihat siapa yang berhasil mengumpulkan unit terbanyak.
Semua memiliki kesempatan yang sama atas tindakan yang bebas mereka ambil. Namun, hanya sedikit yang berhasil mengumpulkan pundi-pundi yang banyak.
Nah, ternyata yang berhasil adalah mereka yang berasal dari latar belakang yang biasa-biasa saja secara akademik. Nasib baik tidak berkorelasi dengan level pendidikan.