Siauw pun ditangkap sebagai tahanan politik beserta beberapa anggota Baperki lainnya.
Ia ditahan selama kurang lebih 12 tahun. Ia harus berpindah rumah tahanan selama beberapa kali. Dalam tiga tahun pertama masa penahanannya, Siauw bahkan sangat susah berkomunikasi dengan keluarganya.
"[...] sangat sulit. Kadang hanya lima menit dalam sebulan hingga dua bulan sekali. Pertemuannya selalu dijaga petugas, dan tidak bisa terlalu banyak bicara,"Â ujar Siauw Tiong Djin yang kini tinggal di Melbourne, Australia.
Hingga akhirnya pada tahun 1978, atas bantuan Adam Malik, ia diizinkan ke Belanda karena sakit keras. Selama di Belanda, Siauw Giok Tjhan masih tetap aktif berpolitik.
Pada tahun 1981, Siauw Giok Tjhan meninggal pada usia 67 tahun. Ia terkena serangan jantung, sesaat sebelum berpidato di depan para ahli dari berbagai bidang keilmuan di Universitas Leiden, Belanda.
Ia pergi untuk selamanya di negeri orang. Jauh dari tanah air yang ia cintai.Â
**
"Lahir di Indonesia, besar di Indonesia, menjadi Putra-Putri Indonesia."
Ini adalah semboyan yang membuat Siauw Giok Tjhan hidup untuk memperjuangkan Integrasi. Bahwa Suku Tionghoa tidak ada bedanya dengan suku-suku lainnya di bumi Nusantara.
Kelak nilai Integrasi yang diperjuangkan oleh Siauw Giok Tjhan sangat mirip dengan konsep "Pluralisme" dan "Multikulturalisme."