Partai Sosialis Indonesia menjadi kiblat politik Siauw. Di sanalah ia berkiprah setelah Indonesia merdeka.
Sebagai anggota partai, Sjahrir pernah mengajak Siauw ikut dalam rombongannya, menghadiri acara Inter Asian Conference di New Delhi, India pada 1947.
Di sini Siauw memberikan pandangan bagaimana mencintai Indonesia kendati berdarah Tionghoa.
Pada tahun 1946, Bung Karno menunjukknya sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Sebuah Lembaga semacam parlemen pada awal terbentuknya Republik Indonesia.
Siauw Giok Tjhan pernah juga ditunjuk sebagai Menteri Urusan Minoritas dalam Kabinet Amir Syarifuddin. Sebagai Menteri, Siauw tetap tahu diri.
Pada saat Ibu Kota Negara pindah ke Yogyakarta di tahun 1946, Siauw diberikan fasilitas penginapan di Hotel Merdeka. Siauw menolak dan memilih tinggal di Gedung Kementerian Negara. Alasannya demi menghemat pengeluaran negara.
Ia tidak mendapatkan mobil dinas. Tugas sehari-harinya Siauw lakukan dengan naik andong atau jalan kaki.Â
**
Saat Kabinet Amir bubar, Siauw menjadi oposisi pemerintah Hatta dengan bergabung bersama Front Demokrasi Rakyat.
Pada tahun 1949, Siauw terpilih menjadi anggota DPR RIS. Di sini, Siauw kembali menekuni aktivitas jurnalistiknya yang sempat vakum untuk beberap tahun.
Siauw mendirikan Sunday Courier dan Republik. Ia juga menerbitkan Suara Rakjat yang kemudian berubah menjadi Harian Rakjat.