Namun, Siauw tidak terlalu peduli dengan ajaran Marxisme atau Komunis. Ia hanya peduli pada kesejahteraan kaumnya. Warga Tionghoa Indonesia yang kerap mendapat perlakuan diskriminatif sejak orde lama hingga orde baru.
**
Siauw Giok Tjhan lahir di Kapasan, Surabaya. Daerah itu adalah Kawasan pecinan di zamannya. Ayahnya Bernama Siauw Gwan Swie, seorang China Peranakan. Ibunya Kwan Tjan Nio, seorang China Totok dari suku Hakka.
Sewaktu kecil, Siauw Giok Tjhan disekolahkan di sekolah China Tiong Hoa Hwe Koan atas permintaan kakek dari pihak ibunya.
Namun, pada saat kakeknya pergi ke China, Siauw pindah ke Sekolah Dasar Belanda, Europeesche Lagere School.
Saat kakeknya kembali ke Surabaya, ia terkejut karena cucunya tak bisa berbahasa Tionghoa. Jadilah Siauw kecil dipaksa bekerja di toko sang Kakek sewaktu pulang sekolah.
Minat belajar Siauw Giok Tjhan di Sekolah Belanda sangatlah menggebu-gebu. Ia dengan mudah mempelajari bahasa asing, Inggris, Jerman, Belanda, dan Prancis.
Siauw adalah murid yang pandai dan gemar membaca. Mulai dari novel roman detektif dalam bahasa asing, hingga koran lokal, Pewarta Soerabaja dan Sin Tit Po. Semua dilahapnya.
**
Pada tahun 1920, depresi ekonomi terjadi di Nusantara. Kakek Siauw kembali ke China karena bangkrut. Praktis, Siauw lebih bebas mencari ilmu tanpa tekanan sang kakek.
Pada tahun 1932, ayah dan ibunya meninggal di saat yang hampir bersamaan. Usia Siauw masih sangat muda, 18 tahun. Syahdan, ialah yang harus menjadi tulang punggung bagi adik-adiknya.