Aryo sadar, sekadar ilustrasi atau setakar dedikasi tidaklah cukup untuk memenangkan hati Mr. Gupta. Usaha ekstra harus dilakoni
Si bos ini punya hobi yang sudah menjadi rahasia umum. Wajah bening dan bodi seksi adalah kegemarannya.
Rosa, sekretarisnya sudah tampil bak etalase berjalan. Rok mini dan baju minim menjadi seragam tak resmi.
Sementara Revis, anak customer service sudah terlalu sering menangis. Menjadi bulan-bulanan sang bos atas sebuah alasan pasti; takut dipecat.
Aryo bertalenta, ia mampu menjadi apa saja. Termasuk menjadi muncikari bagi sang penentu kebijakan.
Umpan pertamanya berhasil. Kara, adalah seorang gadis yang tidak baik-baik saja. Wajahnya sebenarnya polos, dengan kacamata minus. Tapi, rela menjadi jongos demi fulus.
Cerita yang harus dilakoni, Kara adalah seorang mahasiswi S2 yang tidak punya duit untuk lulus. Mendambakan seorang ayah, tapi manis seperti gula.Â
Aryo pun memperkenalkan Kara dengan Mr. Gupta. Kadang cinta memang tidak butuh hati. Imajinasi menambah gelora petualangan satu malam. Kara adalah upeti bagi Gupta, demi mulusnya karir Aryo.
Namun, Gupta tidak pernah puas. Setelah bosan dengan Kara, ia masih meminta lagi.
Hingga akhirnya Widya bergabung dengan perusahaan. Tubuh mungil, tidak banyak bicara. Wajah polos, tidak banyak berdandan.
Sebagai pegawai dengan masa percobaan, gadis asal kota Malang ini mencoba untuk menjadi yang terbaik. Ia tidak ingin hidupnya di ibukota berakhir malang. Â