Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pernyataan JK: Hanya 1 Muslim dari 10 Orang Kaya Indonesia Benar, tapi...

16 Juni 2021   21:56 Diperbarui: 16 Juni 2021   22:09 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla baru saja menuai reaksi beragam dari netizen. Menurutnya hanya 1 muslim dari 10 orang kaya.

Pernyatannya tersebut disampaikan dalam acara Majelis Nasional KAHMI, Senin 14 Juni 2021. Hadir juga Menteri BUMN, Erick Thohir.

"Dari sisi ekonomi apabila ada 10 orang kaya, maka paling tinggi 1 orang muslim. Tapi apabila 100 orang miskin, setidaknya 90 umat yang miskin. Jadi pincang keadaan ekonomi kita," ujar JK.

Ferdinand Hutahean, eks politikus Demokrat adalah salah satu yang bereaksi. Ia menilai penyataan JK yang menghubungkan orang kaya dan agama tidak tepat.

Menurut Ferdinand, orang menjadi kaya bukan karena agama, tapi dari usaha dan kerja keras. Ia juga menilai jika pernyataan JK cenderung bersifat provokatif dan bisa menimbulkan kebencian antar umat beragama.

Reaksi beragam juga datang dari netizen. Salah satunya dari @feylazyaw, "Hai @Pak_JK 10 orang kaya di Indonesia, 1 muslim. Saya beritahu ya pak Yang 9 itu orang Indonesia. STOP mengkotak-kotakan bangsa ini," demikian yang tertulis.

Mungkin banyak yang marah, tapi jika ditilik dari sisi informasi, mungkin JK ada benarnya. Mari kita ulik faktanya;

Sepuluh orang terkaya Indonesia tahun 2021 telah dirilis oleh FORBES. Peringkat pertama masih ditempati oleh Hartono bersaudara dengan total kekayaan sekitar 41,2 miliar dollar AS.

Pada urutan selanjutnya diisi dengan nama sebagai berikut; 3) Sri Prakash Lohia, 4) Prajogo Pangestu, 5) Chairul Tanjung, 6) Dato Sri Tahir, 7) Eddy Kusnadi Sariatmadja, 8) Jerry Ng, 9) Martua Sitorus, dan 10) Theodore Rahmat.

Dari 10 nama orang terkaya di Indonesia ini, hanya Chairul Tanjung yang beragama Islam. Dengan demikian, pernyataan JK ada benarnya.  

Lantas bagaimana dengan orang miskin yang kebanyakan adalah muslim. Sayangnya data penduduk miskin yang dirilis oleh BPS pada 2020 tidak menyertakan agama.

Namun pemeluk agama Islam adalah mayoritas di Indonesia. Totalnya adalah sebesar 87,2% yang setara dengan 207 juta orang. Sisanya terbagi atas 5 agama lain yang diakui oleh negara.

Pikiran sederhana, komposisi penduduk miskin berdasarkan agama, seharusnya mendekati angka komposisi agama secara nasional. Sekali lagi, JK tidak sepenuhnya salah.

Selain itu, ada sebuah kalimat yang juga diucapkan oleh JK. Ia mengimbau agar umat muslim hijrah untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Namun, bukan hijrah dalam arti saling membunuh, mencari musuh, melainkan untuk perbaikan ekonomi.

Menurut JK, jika ekonomi Indonesia bisa membaik, maka ekonomi umat Islam akan membaik juga. Tersebab selaras dengan kenyataan bahwa umat muslim di Indonesia adalah mayoritas.

"[...], karena kalau ekonomi nasional sejahtera tentu 99 persen, umat juga sejatera," ujar JK.  

Lantas mengapa hanya Islam dan mengapa hanya masalah ekonomi yang disinggung JK? Ingat, ia berbicara dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia. Terlebih lagi, ia adalah seorang pengusaha kawakan dengan segudang pengalaman.

Apa yang salah? Sejujurnya, otak kita sendiri.

Indonesia adalah negara yang terdiri dari suku, agama, ras, dan etnis yang beragam. Sebenarnya ini adalah suatu keuntungan sepanjang keragaman tidak dipandang sebagai perbedaan.

Hidup berdampingan sejak kecil akan menimbulkan sikap toleransi yang positif. Dengan demikian, negara dan bangsa ini akan menjadi kuat sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Namun, di sisi lain ada juga rasa cinta terhadap identitas. Nilai kekeluargan yang dipupuk secara kecil tanpa sadar menimbulkan sikap primordialisme dalam diri setiap individu.

Terlepas dari kadarnya, adat, tradisi, dan kepercayaan selalu berada dalam lingkungan pertama. Hal ini lantas menimbulkan ikatan kuat dalam satu kelompok tertentu.

Ikatan ini sangat sulit dihilangkan, sehingga melahirkan pola hidup, perilaku, dan cita-cita bersama. Pun jika ada yang merasa terancam, kelompoklah yang akan menjadi tempat pertama untuk mendapatkan perlindungan.

Sisi baik dari ikatan kesukuan adalah kebersamaan sosial yang saling mendukung dan menguatkan. Membuat seseorang bisa mencintai budayanya dengan sungguh-sungguh, serta memunculkan kesetiaan terhadap bangsa dan negara.

Namun, jika berlebihan, maka muncullah sikap fanatisme primordialisme, atau rasa cinta yang berlebihan terhadap suku, agama, ras, dan tradisi. Jika tidak disikapi secara bijak, maka pergeseran akan mudah terjadi.

Merasa sebagai ras yang terbaik, sukunya yang paling terhormat, agamanya yang paling benar. Dari sinilah muncul sikap rasis, intolerir, hingga permusuhan yang bisa menyebabkan konflik.

Nah, sebagai bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita memiliki peran untuk menjaga toleransi dan perdamaian bagi negara yang kita cintai ini. Jangan biarkan sikap permusuhan mendapatkan lahan yang subur di hati kita.

Jika sudah demikian adanya, maka seharusnya pernyataan JK tidak perlu menjadi polemik lagi.

Tidak perlu diragukan lagi, JK adalah tokoh bangsa. Ia mencintai negara ini dan kadar nasionalismenya tidak perlu diragukan lagi.

Sayangnya, JK lupa jika masih banyak orang di negeri kita yang tidak sepintar dia. Sayangnya juga ia lupa jika masih banyak orang di negeri ini yang tidak menghargai persatuan bangsa. Sayangnya ia lupa jika masih ada ancaman radikalisme di negara ini. 

Justru orang-orang seperti itulah yang berpotensi untuk memecah belah bangsa ini. Mereka akan dengan mudah memelintir pernyatan JK dan menyebarkan kebencian antar umat beragama. Tapi, mereka bukanlah kita. 

Mari kita bersatu untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara yang kita cintai ini. 

Referensi: 1 2 3

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun