Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Andai Aku Mati, Empat Syair akan Menyertai

15 Juni 2021   18:05 Diperbarui: 15 Juni 2021   18:42 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta dikumpulkan sejak muda. Tidak akan dibawa mati. Sudah basi terdengar. Tanpa harta kita pun akan mati muda. Dilema yang tak akan pernah berakhir.

"Lalu mengapa dosamu bergelimang?"

(6)

Mati menderita bukan pilihan. Lebih baik terlelap dalam kesunyian. Mati menderita bukan alasan. Lebih baik tidak pernah ada dalam kehidupan.

"Nyatanya aku ada untuk hidup."

(7)

Teruslah bertanya, hingga sang waktu tak lagi menemanimu. Jam di dinding akan selalu ada di sana. Tak pernah mati, walau engkau sudah pergi.

"Pergilah engkau, tukang loak telah menantiku."

(8)

Keluarga memberi kekuatan, para sahabat memberi dukungan. Tapi, tanah kuburanmu sudah disiapkan. Demikian pula apa yang akan tertulis di atas batu nisan.

"Dua buah angka yang saling bertatutan, melambangkan durasi yang tak berharga."

(9)

Aku mungkin berada di sana, dimana? Tidak ada yang bisa menjawab. Ruh ku akan melayang, menyapa para sahabat yang berpesta riang. Seorang nenek menyapaku;

"Wajahmu tak lagi nyaman dipandang, nak"

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun