Harta dikumpulkan sejak muda. Tidak akan dibawa mati. Sudah basi terdengar. Tanpa harta kita pun akan mati muda. Dilema yang tak akan pernah berakhir.
"Lalu mengapa dosamu bergelimang?"
(6)
Mati menderita bukan pilihan. Lebih baik terlelap dalam kesunyian. Mati menderita bukan alasan. Lebih baik tidak pernah ada dalam kehidupan.
"Nyatanya aku ada untuk hidup."
(7)
Teruslah bertanya, hingga sang waktu tak lagi menemanimu. Jam di dinding akan selalu ada di sana. Tak pernah mati, walau engkau sudah pergi.
"Pergilah engkau, tukang loak telah menantiku."
(8)
Keluarga memberi kekuatan, para sahabat memberi dukungan. Tapi, tanah kuburanmu sudah disiapkan. Demikian pula apa yang akan tertulis di atas batu nisan.
"Dua buah angka yang saling bertatutan, melambangkan durasi yang tak berharga."
(9)
Aku mungkin berada di sana, dimana? Tidak ada yang bisa menjawab. Ruh ku akan melayang, menyapa para sahabat yang berpesta riang. Seorang nenek menyapaku;
"Wajahmu tak lagi nyaman dipandang, nak"
**