Kasus pelecehan seksual pada moda transportasi umum cukup sering terjadi di Jakarta. Terutama pada jenis kendaraan KRL atau bis Trans Jakarta.
Pelaku pada umumnya memanfaatkan kepadatan penumpang dan juga kelengahan korban untuk melakukan aksi kotornya.
Di Jepang, aksi pelecehan seksual ini bahkan punya istilah. Namanya Tchikan (Chikan) yang berarti perlakuan (atau pelaku) pelecehan seksual di atas kereta.
Pada tahun 2017, Kepolisian Tokyo mencatat 2.620 kasus tchikan telah terjadi. Ironinya, hanya 10% wanita Jepang yang berani melaporkan.
Kisah Kumi Sasaki, Korban Chikan selama 6 Tahun
Kumi Sasaki adalah salah satu penyintas. Saat ini ia telah berusia 30 tahun dan menetap di Paris, Prancis.
Ia menulis sebuah buku yang berjudul "Tchikan," yang dirilis pada tahun 2017. Â Buku tersebut mengisahkan tentang pengalaman pribadinya menjadi korban pelecehan seksual selama 6 tahun.
Kejadiannya berlangsung sejak ia berusia 12 hingga 18 tahun. Tepatnya pada saat duduk di bangku SMP hingga SMA.
Sasaki menjadi populer. Tidak saja di Prancis, tapi juga di Jepang. Isi bukunya mewakili mayoritas korban pelecehan seksual di negaranya.
Sasaki menjelaskan pengalaman pertamanya dilecehkan. Ketika itu ia masih berusia 12 tahun di atas kereta di Tokyo.
Ada tangan yang menyentuh tubuhnya. Awalnya ia mengira itu karena guncangan kereta.
Namun, ternyata sentuhan itu tidak berhenti. Bahkan jari-jari tersebut masuk ke dalam kerah blusnya. Akhirnya semakin berani dengan menyingkap rok dan menjelajahi tubuh bagian bawahnya.