Nah, ke-lima istrinya ini bisa saya kelompokkan menjadi 5 jenis Kompasianer yang sudah berhasil menetapkan brandingnya di benak pembaca. Mari kita ulik bersama;
Ratna Dewi Lupitwati / Kundalini (Energi Feminin)
Energi feminin identik dengan kelembutan dan keindahan. Untuk kategori ini, adalah para penulis yang mampu menguraikan karyanya dengan susunan diksi dalam rima kata yang indah.
Tak peduli apakah ia adalah penulis pria atau perempuan, para pembaca selalu mencarinya. Jenis tulisan apa pun yang dibuat selalu mengandung alunan kata dan kalimat yang enak dibaca.
Contoh terbaik adalah Om Katedrarajawen. Kendati sudah acek-acek, tulisannya mengalir lembut.
Ditambah lagi, akhir-akhir ini ia sering pula mempopulerkan jargon "Omong-kosong." Kata favorit dari para emak-emak kalau berhadapan dengan suaminya.
Dudul Mendut (Energi Kesadaran)
Kesadaran itu luas artinya. Tapi, dalam versiku adalah para Kompasianer yang selalu sadar menulis. Tiada hari tanpa tulisan. Bangun pagi, bobok siang, hingga larut malam.
Dalam sehari, bisa dua hingga tiga tulisan. Target one day one article hanya di bibir saja. Tersebab jumlah tulisan sudah melebihi tanggal di kalendar.
Ada juga penulis yang sering berkunjung. Bukan hanya pada Kompasianer tertentu. Dari biru hingga tanpa status, semua divote, semua dikomentari.
Nah, Kompasianer jenis ini sadar, bahwa kehadiran mereka harus ditandai. Dari situlah mereka membangun personal branding mereka.
Mlenuk Gembuk (Energi Memori)
Memori adalah ingatan masa lampau yang hidup kembali. Bagaikan Yin-yang, memori ini bagaikan dua mata pedang bersisi tajam.
Memori lampau bisa digunakan untuk memberi contoh kepada generasi penerus. Seperti apa yang dilakukan oleh Opa Tjip dengan nasehat-nasehatnya.