Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Istri-istri Bung Karno Marah

13 Juni 2021   06:14 Diperbarui: 13 Juni 2021   06:15 1890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi di tahun 1964. Sebuah rapat rahasia dilakukan di Istana Negara. Bung Karno menghadirkan ajudan dan pengawal pribadinya.

Perintahnya jelas; "Apa pun yang terjadi, jangan biarkan Ibu Haryatie (istri ke-6 Soekarno) meninggalkan rumahnya."

Saat itu, Haryatie memang tidak tinggal dengan Soekarno. Ia memondoki sebuah rumah di Kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Kendati pribadi, tapi perintah datang dari orang nomor satu negeri ini. Soekarno ingin bertemu istrinya yang lain lagi. (Dikutip dari buku Sewindu Dekat Bung Karno, karya Bambang Widjarnako, asisten pribadi Soekarno).

Tapi, entah bagaimana perintah rahasia itu bocor ke telinga Haryatie. Sumbernya konon A1.

Dengan segera Haryatie memerintahkan anak buahnya. Instruksinya juga jelas, "Apa pun yang terjadi, saya harus keluar rumah."

 "Terpaksalah kami kerja keras. Bermacam aksi pun dilakoni," ungkap Bambang dalam bukunya.

**

Sang supir berlagak sigap ketika Haryatie memintanya menyiapkan mobil. Ia bergegas menuju mobil dan menyalakan mesin. Sesuai skenario yang diharapkan, mobil tersebut tetap diam.

Supir terlihat bingung. Bukan karena kondisi mobilnya, tapi menghadapi Haryatie yang marah-marah.

Sang supir masih sigap. Ia turun dari mobil dan membuka kap. Ingin mencaritahu apa penyebabnya. Namun, sesuai skenario, tetap saja tidak bisa menyala.

Satu jam berlalu, Haryatie yang sudah tidak sabaran menelpon Istana Negara. Meminta agar dikirimkan mobil pengganti.  

Masih sesuai skenario. Mobil pengganti tidak datang-datang. Haryatie menelpon Istana Negara lagi. Kata-kata penghiburan ia dapatkan. Mohon bersabar, suasana Jakarta macet.

Untungnya setengah jam kemudian, mobil "ngadat" tersebut berhasil dinyalakan. Tersebab sudah ada skenario lain pengganti.

Mobil melaju melewati halaman rumah yang cukup luas dan panjang. Sebuah mobil truk mogok berada pas di depan pintu gerbang.

Supirnya entah kemana. Judulnya mirip sinetron azab: Terjepit Liang Lahat, Tersapu Banjir, dan Tersambar Listrik. Seperti itulah perasaan Haryatie.

Singkat cerita, Haryatie tidak jadi melabrak Sang Bung dan istrinya yang lain. Dengan marah, ia kembali masuk ke dalam rumahnya.

Sorenya, Soekarno datang ke Slipi. Menangislah Haryatie tersedu-sedu. Mengutarakan kekesalannya terhadap skenario yang tak pernah ia tahu.

Mendengar kekesalan hati istri tercinta, Soekarno murka. Dikumpulkannya seluruh ajudan, supir, dan pengawal pribadinya. Semuanya dimaki. Semuanya terdiam. Terkecuali kepuasan yang terlihat dari wajah Haryatie.

"Ah, itu hanya sandiwara Bung Karno. Ia harus marah agar Haryatie tidak marah," pungkas Bambang dalam bukunya.

**

Di lain waktu, Bambang pernah juga menjadi sasaran amarah Ratna Sari Dewi. Kisahnya terjadi di Jepang. Kala itu, Bung Karno beserta rombongan diundang makan malam oleh seorang tokoh penting di sana.

Dalam catatan undangan, tidak ada nama Dewi sama sekali. Sontak istri Soekarno itu marah kepada Bambang. Sebagai ajudan utama Presiden. Bambanglah yang menandatanganinya.

Bambang buru-buru minta maaf. Tersebab Dewi sudah marah besar. Ada Soekarno pula di sana.

Bambang menjelaskan jika itu hanyalah kesalahan dan tidak bermaksud untuk menghina Dewi. Untungnya Dewi mau memahami.

Padahal, hal tersebut bukanlah kesalahan. Soekarnolah yang memerintahkan Bambang untuk tidak memasukkan nama Dewi. Kehadiran Dewi memang masih dirahasiakan. Terutama dari istri-istri Bung Karno lainnya.

**

Bagaimana pun juga salah satu urusan terbesar dalam berbagi adalah bagaimana bersikap adil. Di tengah kesibukannya, sang Bung harus menyisihkan waktunya secara merata.

Salah satunya adalah menulis surat cinta kepada istri-istrinya. Untungnya Bung Karno punya banyak asisten dan pengawal.

Jadilah juru ketik istana mendapatkan tugas tambahan. Menuangkan isi kepala dan hati Bung Karno dalam ketikan yang indah.

Tapi, di sela kesibukannya, Bung Karno kadang tidak mengecek lagi isi tumpahan hatinya tersebut. Hingga suatu saat ia kaget. Surat-surat yang dikirim ternyata diketik di atas kop surat kepresidenan. Lengkap dengan logo Garuda dan cap Kepresidenan.

Bukan hanya itu. Nama si pengirim bukan Mas atau Soekarno. Tetapi Paduka yang Mulia, Presiden Republik Indonesia, Soekarno.

**

Menurut Bambang, menjadi asisten pribadi tentu menjaga kerukunan rumah tangga Presiden juga adalah sebuah kewajiban. Jika terjadi pertengkaran, para ajudan tentu akan merasa bersalah. Dan perasaan itu tidak enak.

Kendati Bung Karno adalah Presiden, ia juga adalah suami biasa. Pertengkaran tidak bisa dihindari, jika istrinya marah.

Seperti yang pernah dialami oleh Brigjen Sabur. Suatu hari Komandan Resimen Tjakrabirawa sedang mengantar Soekarno dan Hartini ke Bogor.

Di dalam mobil ia harus menjadi saksi pertengkaran. Suasana semakin panas dan Bung Karno menyuruh sang supir untuk merapat di sebuah warung buah di pinggir jalan.

Sang Brigjen yang seharusnya bertugas mengawal keamanan nasional itu, akhirnya berhenti. Ia berdiri di tepi jalan melongo hingga waktu yang belum ditentukan lagi.

**

Sebagai wanita wajar saja jika dilanda kecemburuan. Kendati mereka sudah tahu konsekuensi mencintai pria yang sama, tetap saja hati tak bisa dibohongi.

Jadilah tugas berbohong diserahkan kepada ajudan-ajudan Bung Karno. Dengan atau tanpa perintah atasan.

"[...] Kami para ajudan harus siap mengamankan setiap persoalan. Jika perlu, berbohong pun akan kami lakukan. Khususnya jika ada pertanyaan dari para ibu terhadap ibu lainnya," pungkas Bambang dalam bukunya.

Mereka juga harus memahami kode-kode rahasia Bung Karno. Sebagai contoh, "Rapi" artinya harus ekstra teliti. Badan Soekarno harus bebas dari bau parfum, lipstik, atau pun sebaiknya mandi dulu.

**

Soekarno memang dikenal flamboyan. Tapi, ia juga adalah lelaki sejati. Wajah yang tampan dan berkedudukan. Hati wanita mana yang tak tergoda.

Soekarno juga adalah pengagum wanita. Ia pernah mengungkapkan perasaannya terhadap mahluk Tuhan yang satu ini;

"Tuhan menciptakan wanita dengan keindahan. Setiap lelaki normal senang menikmatinya," dikutip dari buku Sewindu Dekat Bung Karno.

Namun, terhadap wanita yang telah dimilikinya, Bung Karno juga punya pesan kepada Bambang Widjarnoko;

"Istri dapat memaafkan dan melupakan perbuatan suaminya yang salah. Tapi, terkait dengan kelakuannya terhadap wanita lain... [dalam bahasa Belanda] ia bisa memaafkan tapi tak pernah melupakan."

Referensi: 1 2 3

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun