"Prancis adalah negeri wanita cantik. Mereka akan menunjukkan rasa terima kasih dengan tubuhnya."
Kurang lebih seperti inilah kampanye hitam militer Amerika. Tersebab dibutuhkan motivasi yang luar biasa bagi para lelaki yang berperang.
D-Day menandakan kekalahan Jerman NAZI. Pihak sekutu muncul sebagai pemenangnya.
Pihak pemenang mendapatkan segalanya. Dari harta, tahta, sampai wanitanya.
Tentara Soviet sudah terlebih dahulu melakukan hal yang sama kepada wanita Jerman. Dianggap sebagai aksi balas dendam, pemerkosaan sah dibiarkan.
Selama masa pendudukan Rusia sebelum Jerman terpecah dua, konon lebih dari dua juta perempuan yang diperkosa.
Baca juga: Ketika Perempuan-perempuan Jerman Diperkosa Tentara Merah
Tiada bedanya, tentara sekutu dari blok barat juga melakukan. Angka 860.000 menjadi korbannya. Dilakukan oleh para tentara Amerika, Prancis, dan Inggris bersamaan.
Kemenangan Tentara Sekutu terhadap NAZI seharusnya membawa kabar gembira. Terutama bagi negara yang dibebaskan. Seperti Prancis.
Baca juga:Â Pemerkosaan Massal Tentara Merah, Bunuh Diri Massal Wanita Jerman
Dalam kenyataanya tidak demikian. Saat pembebasan Prancis usai, para wanita justru berbondong-bondong menyuarakan keperihannya. Tentara Amerika yang perkasa dituduh memperkosa.
Dalam bukunya, Professor Mary Louise Robert menambahkan setidaknya ada 3.500 kasus pemerkosaan selama AS menduduki Prancis. dari pertengahan tahun 1944 hingga 1945.
Memang kampanye hitam yang dilakukan militer Amerika menjadi penyebab utama. Namun, situasi dalam negeri Prancis juga mengamini.
Baca juga:Â D-Day: Nasib Mengenaskan Wanita Prancis di Tangan Militer Sekutu
Para wanita mengalami pelecehan dan kekerasan seksual oleh kaum lelakinya sendiri. Alasannya? Sakit hati. Para perempuan dihukum karena pernah menjalin kisah asmara dengan tentara Jerman.
Mereka dituduh sebagai pengkhianat. Istilah yang diberikan adalah "Kolaborasi Horisontal."
Mereka dipermalukan. Kepalanya digunduli. Diarak keliling kota layaknya karnaval.
Warga setempat bisa menghina mereka. Mengatai apa pun yang ingin dikatai.
Tubuh mereka ditelanjangi. Dioleh dengan tar atau arang. Warna hitam pada tubuh menandakan dosa yang telah dilakukan.
Lebih ekstrimnya, mereka diludahi, dipukul, dilempari batu. Tidak sedikit yang meninggal.
Warga Perancis menyebut hukuman tersebut sebagai "epuration sauvage," yang berarti "pembersihan liar."
Euforia yang berkembang di Prancis pada saat masa itu terjadi dengan masif. Wanita yang dituduh tidak bisa mengelak, tidak ada pembuktian yang dibutuhkan. Semua terjadi secara spontan dan sporadis.
Dalam catatatan, sekitar 6.000 orang terbunuh dalam peristiwa itu. Serta sekurangnya 20 ribu wanita Prancis dipermalukan, digunduli. Hingga diperkosa.
Menyedihkannya, korban adalah dari kaum perempuan tanpa suami. Para janda, gadis, atau yang kehilangan suaminya di medan perang.
Tapi, ada juga wanita yang terpaksa menjual diri. Melayani para tentara Jerman. Demi menghidupi anak-anak mereka yang kelaparan akibat perang.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI