Soekarno kecil duduk di lantai, bersandar ke tembok. Mendengarkan kisah ibunya dengan seksama.
**
Darah nasionalisme Sang Bunda telah diwariskan kepada Soekarno. Doa dan restu yang diberikan selama ini, terbukti telah menjadi jimat sakti bagi Sang Putra Fajar.
Suatu hari Sang Bunda bangun pagi sebelum fajar menyingsing. Soekarno kecil ikut terbangun. Sang ibu kemudian memandang ke arah timur.
Ia memeluk Soekarno dan berbisik; "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin bangsa ini."
Sang ibu bukanlah paranormal. Meskipun seorang wanita terkadang memiliki firasat yang kuat. Sebagai orang Bali, ia telah menikah dengan orang Jawa.
Meyakini pesan budaya adalah warisan. Seseorang yang akan lahir sebelum matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan. Pukul setengah enam pagi adalah waktu Soekarno dilahirkan.
Begitu keyakinan orang Jawa. Di saat Soekarno dilahirkan, sebuah petanda alam juga kejadian. Gunung Kelud meletus. Konon, itu adalah sambutan alam bagi kelahiran Sang Proklamator.
**
Nyoman Rai tidak pernah menuntut anaknya menjadi "priayi." Bekerja sebagai pegawai pemerintah tidak terlalu penting. Impiannya hanya satu.
"Jadilah kau Koesno (nama kecil Soekarno) orang yang baik, sehat, dan selamat, dan berguna bagi masyarakat," demikian permintaan Sang Bunda.