NAZI mulai kalah perang. Tentara Soviet menduduki Jerman. Para lelaki akan dihabisi, para perempuan akan diperkosa.
Itulah propaganda NAZI kepada rakyat Jerman. Tujuannya untuk mendapat dukungan.
Poster mengerikan ditempelkan. Foto mengenaskan menghiasi laman koran Jerman.
Nyatanya, wanita Jerman memang diperkosa. Sebanyak dua juta yang jadi korban. Banyak yang meninggal. Tidak sedikit pula yang trauma.
Baca juga:Â Ketika Perempuan-perempuan Jerman Diperkosa Tentara Merah
Pilihannya hanya dua. Rela jadi pemuas nafsu. Atau melawan hingga mati. Tapi, ada yang ketiga. Bunuh diri untuk mempertahankan kehormatan.
Dalam isi propaganda, disebutkan bahwa Tentara Merah akan melakukan balas dendam. Atas tindakan patriotik tentara Jerman. Menyerang Soviet demi kehormatan bangsa. Â
Ketakutan Waltraud
Waltraud saat itu masih berusia 11 tahun. Ia masih ingat betul kengerian yang ia rasakan. Derap barisan dan gemuruh kendaraan tempur Tentara Merah. Merisak suasana kota Demmin yang tentram.
Kendati ia tidak mengalami perlakuan kasar, Waltraud merasa dunia sudah kiamat.
Berbulan-bulan sebelumnya, ia telah mendengarkan cerita tentang kekejaman tentara Soviet.
Konon para tentara akan membakar seluruh kota. Laki-laki dewasa akan dieksekusi massal, atau dibiarkan mati kelaparan. Para perempuan akan diculik dan diperkosa.
Anak-anak seperti dirinya juga akan dibunuh. Setelah terlebih dahulu disiksa.
Waltraud tidak sendiri. Seluruh warga kota juga sudah terkontaminasi. Hanya satu pikiran. Neraka akan dibawa oleh para Tentara Merah.
Keluarga Waltraud mencoba bertahan. Tidak ada lelaki dewasa di sana. Ayah Waltraud adalah seorang tentara. Sedang bertugas di medan perang.
Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah masuk rumah, menutup pintu, menguncinya. Sembari berharap tidak ada tentara Soviet yang datang mengetuk.
Keluarga Moldenhauer yang Mati Sebelum Menyerah
Tapi, tidak bagi keluarga Moldenhauer. Ia adalah seorang kepala sekolah dan bukanlah pendukung NAZI. Hitler telah lama ditentangnya. Tapi, tentara Soviet adalah musuh sebenarnya.
Gerhard Moldenhauer lebih memilih melawan ketimbang menyerah begitu saja. Begitu Soviet menduduki kotanya, ia pun mengambil senjatanya.
Pertama-tama, Gerhard membunuh istri dan ketiga anaknya. Lalu memberitahu tetangganya bahwa ia telah membunuh keluarganya. Ia juga mengatakan akan membunuh tentara Soviet dengan cara yang sama.
Gerhard menunggu dari atas jendela apartemennya. Menunggu lintasan iringan tentara Soviet. Tembakan pun dilepaskan. Beberapa tentara tewas dibuatnya.
Sebelum ditangkap tentara Soviet, Gerhard tidak mau kalah aksi. Ia menembakkan kepalanya sendiri. Bersimbah darah di samping mayat istri dan anaknya.
Aksi Bunuh Diri di Hari Pertama Pendudukan
Nasib warga Demmin memang mengenaskan. Diserang tentara merah, ditinggalkan militer Jerman. Tiga jembatan penghubung di kota itu juga diledakkan. Oleh Angkatan bersenjata NAZI yang kabur melarikan diri.
Gerhard bukan satu-satunya. Adapula Lothar Buchner. Usianya 27 tahun. Ia mencekik balitanya yang berusia 3 tahun. Lothar gantung diri.
Istrinya, ibunya, serta saudara perempuannya turut pula. Ke alam baka dengan cara yang sama.
Sepasang polisi tua dan istrinya juga mengikuti. Gantung diri satu-satunya solusi. Kedua putrinya pun berpartisipasi. Mati demi kehormatan diri.
Hal serupa juga dilakukan oleh seorang Wanita muda. Istri seorang letnan militer Jerman. Bayinya yang berusia tiga bulan ia habisi. Sebelum merenggang nyawa gantung diri.
Masih banyak lagi kisah menyedihkan. Di hari pertama pendudukan tentara merah saja, sudah ada 21 nyawa yang melayang. Semuanya bunuh diri.
Tidak Semua Tentara Merah Kejam
Apakah tentara Soviet sekejam itu? Generalisasi mungkin kata yang tepat. Bahwa benar, para perempuan Jerman telah mengalami pemerkosaan massal.
Itu benar terjadi. Tapi, tidak semua tentara Soviet yang lupa diri.
Dalam kenyataannya, banyak tentara Soviet yang baik hati. Tidak seperti yang didideksripsi.
Terlebih setelah bendera putih telah berkibar di seantero Demmin. Dari rumah hingga gereja.
Maria Buske di antaranya. Ia adalah istri seorang pendeta.
Bersama dua anaknya yang masih kecil dan ayahnya yang sudah renta, Maria tinggal berdesakan dengan belasan orang yang mengungsi di rumahnya.
Tak lama kemudian, rumahnya kedatangan satu regu tentara Soviet. Empat perwira dan 20 prajurit. Mereka sedang membangun jembatan yang hancur.
Mereka memang meminta benda berharga milik Maria. Tapi, seisi rumah tidak diapa-apakan.
Maria sekeluarga masih dibiarkan di sana. Bahkan sebagai ucapan terima kasih, seorang prajurit penjaga ditempatkan untuk menjamin keselamatannya.
Irene Broker juga mengalami hal sama. Ia bersembunyi di dalam selokan. Seorang prajurit Soviet menemukannya. Irene pun dibawa pulang ke rumahnya, dengan sebuah pesan. "Tentara Soviet itu baik-baik, kok."
Tidak Semua Wanita Jerman Beruntung
Kendati demikian, tidak semua tentara merah itu "baik," seperti pesan kepada Irene. Lebih tepatnya, Irene hanya beruntung saja.
Marie Dabs juga "beruntung." Seorang tentara Soviet datang ke rumahnya. Menyuruhnya tenang dalam bahasa Jerman, tidak perlu takut pada tentara Rusia.
Namun, serombongan tentara lain lagi tidak demikian. Menjelang tengah malam, mereka masuk ke rumah Marie dan menjarah seisi rumah.
Marie membawa dua putri, dan pembantunya yang bernama Martha. Lari ke tengah hutan, dalam kegelapan.
Namun, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan sekelompok tentara. Nanni, putri Marie yang berusia 19 tahun ingin diambil.
Sambil menangis, Marie memohon untuk tidak memisahkan dirinya dan kedua anaknya. Untungnya beberapa perwira Soviet datang. Marie sekeluarga dibebaskan.
Sial bagi mereka. Dalam perjalanan lebih banyak tentara yang datang. Mereka menjarah sisa-sisa harta Marie yang dibawa serta. Nasib Martha lebih nahas. Ia diseret ke hutan dan diperkosa.
Marie selamat. Ia dan anak-anaknya mencapai Deven Wood. Hutan tempat beberapa pengungsi berkumpul. Menghabiskan malam dalam dingin yang mencekam.
Ketakutan Waltraud Terbukti
Si kecil Waltraud membuktikan kekhwatirannya. Ia termasuk orang yang kurang beruntung. Rumahnya diketuk. Dengan kasar. Sekelompok tentara Rusia membawa paksa ibunya. Untuk diperkosa.
Malam jahanam itu, sang ibu harus melayani nafsu seksual sekitar 10 hingga 20 prajurit. Tidak tahan, ia lantas memeluk Waltraud dan adik perempuannya. Bersiap terjun ke sungai berair deras.
Untungnya nenek Waltraud berhasil mencegah. Mengingatkannya ibu Waltraud pada suaminya. Kedua bocah pun selamat. Setelah sang ibu lebih tenang.
Pemandangan mengerikan terpampang dalam perjalanan pulang. Para perempuan korban perkosaan mencemplungkan diri ke sungai.Â
Setelah gelombang kedua tentara Soviet datang menguasai, semakin banyak yang bunuh diri. Tersebab semakin banyak perempuan yang dilecehkan.
"[...] malam dingin dan mengerikan.... Saya membawa mantel bulu untuk menutupi anak-anak. Daro kejauhan terdengar teriakan para perempuan. Suara yang disiksa dan diperkosa... [...]," ujar Marie Dabs.
Situasi yang mencekam bak pertarungan antara yang baik dan jahat. Para serdadu tentara Soviet yang baik sibuk menyelamatkan nyawa. Sementara yang jahat, terus memperkosa, dan memperkosa...
Bagaimana pun, kota Demmin mencapai masa terkelamnya. Lebih dari seribu jiwa melayang sia-sia. Bunuh diri massal di kota ini menjadi yang terbesar di Jerman sepanjang sejarah.
Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H