Baca juga:Â Hijrah Eddy Tansil, Rusuh di Indonesia, Kisruh di China
Harry Tansil lahir di Fuqing tahun 1913. Pada saat berusia 21 tahun, ia diajak iparnya berimigrasi ke Makassar.Â
China zaman dulu tidak seperti sekarang. Terlebih Fuqing, daerah kelahiran Harry.
"Qiu Nian Han, Yu Nian Zai," Peribasaha setempat. Artinya "Sembilan tahun kekeringan, setahun bencana banjir."
Tepat mendeskripsikan kondisi Fuqing. Daerahnya tandus dan alamnya muram. Lahan tidak cocok untuk pertanian. Tanahnya tercemar garam pekat dari lautan.
Orang Fuging adalah perantau alami. Lebih baik berkelana daripada mati. Pantai dan gunung pun didaki. Mimpi jadi orang kaya, kendati tidak pasti.
Pun halnya dengan Harry. Tapi, ia berhasil membuktikan diri. Di Makassar, ia sukses. Walaupun reputasinya kempes.Â
Pada tahun 1981, Harry berkunjung ke kota kelahirannya. Tanpa terasa 47 tahun sudah ia merantau. Saat itu, Eddy baru berusia 20 tahunan. Ia juga turut serta memantau.
Membuktikan diri, aktualisasi pertiwi. Harry membangun banyak fasilitas di tanah leluhurnya. Dari jalan, irigasi, rumah sakit, sekolah, hingga tivi kabel.
Ia juga tak segan membagi-bagi hadiah. Dari sepeda kumbang, mesin jahit, cincin emas, hingga angpao bagi orang miskin.Â
Baca juga: Jejak Keluarga Tansil, Cek Kosong, hingga Keberadaan Eddy Tansil