Meskipun tidak serius, berhubungan dengan lelaki beristri bisa menimbulkan adrenalin yang tidak biasa. Menaklukkan tantangan yang sarat resiko terasa nyaman. Lagipula mereka sudah kehilangan empati terhadap ikatan perkawinan.
"[...] selalu ada sensasi melakukan sesuatu yang terlarang. Resiko tertangkap, menyembunyikan hubungan terlarang, mencari tempat sepi, melakukannya dengan tergesa-gesa," ujar Meshram.
Tidak Percaya Jomlo
Masa lalu tidak saja berasal dari perceraian orangtua. Trauma kadang bisa berasal dari pengalaman berpacaran. Seorang wanita mungkin sudah jenuh dengan lelaki yang datang dan pergi tanpa komitmen.
Ia merasa muak sehingga tidak lagi memercayai para jomlo yang penuh janji. Pria beristri kemudian menjadi alternatif di sini.
Seorang pria yang sudah menikah dianggap telah membuktikan kemampuannya. Ditambah lagi, sikap yang merahasiakan hubungan terlarang kepada istri kadang dianggap sebagai bentuk perhatian yang manis.
Semacam komitmen agar pernikahan tidak bubar. Perasaan ini membuat sang wanita pelaku menjadi semakin kagum kepada sang pria.
Merasa Penting
Seorang wanita senang disanjung. Ia akan berhenti mencintai orang lain jika seorang lelaki berani berkorban padanya.
Pria sudah beristri biasa menggunakan jurus-jurus maut dalam merayu wanita lain. Tidak harmonis lagi, sudah lama tidak berhubungan seks, atau tidak pernah mencintai istrinya.
Sang wanita kemudian merasa tersanjung. Merasa penting karena bisa menjadi wanita yang dibutuhkan.
"Aku adalah satu-satunya wanita yang bisa memahaminya." Rayuan gombal tersebut dijadikan pembenaran kepada siapa saja yang menegur mereka.
Tracey Cox, seorang penulis spesialis percintaan juga mengatakan hal senada. Jika pria beristri mulai melayangkan jurus mautnya. Bersedia meninggalkan istri dan anak-anaknya, sang wanita akan merasa menjadi orang penting. Kendati pada akhirnya harus bersedih, karena tidak semudah itu.